Baca Juga: Cerpen Series Hujan: Rinda dan Rindu Saudara Kembar Pengagum dan Pecinta Segala Hal Tentang Hujan
Namun, meskipun berulangkali aku memejamkan mata aku akan tetap bangun dan menghadapi kenyataan bahwa Kinara sudah pergi untuk selama-lamanya.
Aku cinta pada perempuan itu dan untuk melepasnya masih terasa sulit dan tidak mudah.
Cinta itu masih berdiam dalam hati dan diriku. Aku akan selalu menyimpan cinta itu untuk selama-lamanya meskipun Kinara tak lagi bersamaku.
Aku berjalan ke arah pot yang berisi bunga matahari itu. Bunga kesayangan Kinara.
Perempuan itu selalu bercerita bahwa dia suka bunga matahari karena melambangkan cinta dan kesetiaan.
Bunga matahari selalu tumbuh mengikuti arah matahari. Bunga itu layaknya Kinara yang akan selalu setia dan mencintaiku.
Baca Juga: Puisi Ucap Selamat Tinggal Pada Luka: Berisi Tentang Sebuah Usaha Menyembuhkan dan Menerima Luka
Begitulah yang selalu perempuan itu katakan padaku.
Aku masih ingat jelas kata-katanya sebelum dia pergi. Kinara ingin aku tidak bersedih setelah kepergiannya.
Dia bilang padaku untuk menjaga bunga matahari itu dan anggap saja bunga itu adalah bentuk cinta dan kesetiaan darinya yang tidak akan pernah pergi meninggalkanku.
Bahkan setelah kepergiannya.
Aku menatap bunga matahari itu dengan perasaan sesak. Aku merindukanmu, Kin.
Namun, aku juga tahu tidak seharusnya aku terus-terusan terjebak kesedihan dan menangisi kepergian Kinara. Itu justru akan membuatnya merasa sedih di sana.
Aku harus melepas kepergiannya dan mengikhlaskan semua yang terjadi. Aku akan tetap mencintai Kinara sebagaimana dia mencintaiku selama hidupnya.