Alif terus mempercepat langkahnya hingga akhirnya dia tersandung batu lalu jatuh tersungkur ke tanah.
Alif mencoba berdiri, tetapi sebelum dia bangun seseorang menarik kerah baju bagian belakangnya. Remaja itu menyeret Alif dan membuatnya berdiri menghadap ke arahnya.
"Mau ke mana, lu? Kabur? Jangan buru-buru, dong, Lif. Main-main dulu sama kita," ucap remaja lelaki berambut gondrong.
Baca Juga: Cerpen Tentang Cinta: Memaknai Kehilangan Dari Sudut Pandang Seorang Hindun Perempuan Pecinta Kopi
"Loka, kamu mau sampai kapan sih ganggu saya. Saya, kan, udah minta maaf. Saya bukan enggak mau ngerjain tugas kamu, tapi kalau saya terus kerjain nanti kamu enggak akan pernah paham."
Loka menatap tiga orang temannya dan memberi isyarat yang langsung dimengerti oleh mereka.
Tanpa berkata apa pun tiga teman itu memegangi Alif dan membuatnya tidak bergerak. Lalu, tangan Loka tiba-tiba menghantam bagian perut dan wajah Alif berkali-kali.
Alif meringis kesakitan dan terus meminta Loka agar berhenti, tetapi Loka tidak mau mendengarnya. Hingga Alif terkulai lemas di tanah.
"Ini akibatnya kalau lu berani berulah sama gua, Lif. Jangan diulangi, ya, atau lu dapat hadiah dari gua lagi nanti." Loka tertawa kecil lalu melemparkan buku catatan miliknya ke arah Alif.
"Gua enggak mau besok tugas itu belum selesai dikerjain. Harus beres besok, Lif." Loka dan tiga temannya pergi meninggalkan Alif.
Baca Juga: Cerpen Pendidikan Islam: Cahaya Pencari Ilmu
Alif hanya bisa meringis di tengah-tengah luka yang dia rasakan.
Loka memang bukan tandingannya. Bukan hanya soal berkelahi, tetapi juga soal eksistensi. Menjadi anak dari keluarga terpandang membuat Loka lebih leluasa bertindak semena-mena pada anak sepertinya.
Alif berjalan dengan tertatih dan pulang ke rumah. Lukanya harus segera diobati.
Keesokan harinya Alif bersekolah seperti biasa, meskipun masih ada sedikit sakit yang dia rasakan.
Artikel Selanjutnya
Cerpen Psikologi Kriminal Bagian 4: Tim Moving dan Pencarian Pemburu Tato Titik dan Koma
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Istimewa
Tags
Artikel Terkait
-
Cerpen Psikologi Kriminal Bagian 4: Tim Moving dan Pencarian Pemburu Tato Titik dan Koma
-
Cerpen Islami: Hormat dan Kasih Sayang Anak kepada Orang Tua
-
Cerpen Anak Inspiratif Islami: Kisah Ali dan Pentingnya Shalat
-
Cerpen IslamI: Kisah Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Mengubah Takdir
-
Cerpen Fantasi Anak: Petualangan Ajaib di Dunia Buku