Satu dari sekian orang-orang yang mengamati adalah Rinjani.
Gadis itu menuliskan deskripsi dari kondisi laki-laki tersebut.
Rinjani adalah anggota dari Tim Moving di kepolisian yang tugasnya sebagai seorang detektif.
Ia memiliki asumsi bahwa pelaku pembunuhan atau korban sengaja mengakhiri hidup di pemukiman ini.
Dua bulan lalu, ada laki-laki yang juga terbujur kaku di kota tersebut.
Baca Juga: Cerpen Tema Persahabatan: Kisah Diara dan Kinaya, Sepasang Sahabat yang Saling Membantu Sama Lain
Warga sekitar tak ada yang mengenali, tetapi tanda titik dan koma selalu menjadi bagian dengan darah terderas.
Tidak ada tersangka yang ditetapkan selain asumsi-asumsi tak berdasar.
Mulai dari asumsi adanya praktik mencari ilmu, praktik agar menjadi kaya, bahkan ada asumsi sebagai bentuk protes seseorang yang mungkin diabaikan.
Rinjani melingkari kata titik dan koma terus menerus. Kepalanya berkecamuk menyambungkan apa yang terjadi.
“Titik dan koma adalah simbol keinginan untuk berhenti, tetapi memilih untuk melanjutkan,” gumam Rinjani.
Baca Juga: VIRAL! Obat Tramadol Beredar Bebas di Karawang Membuat Ratusan Warga Kecanduan
Saat pertama kali bergabung di tim, Rinjani pernah melihat simbol ini pada rekan kerjanya.
“Semicolon,” kata rekan kerjanya waktu itu.
“Aku pernah memiliki keinginan untuk menyudahi kehidupan dunia, tetapi kemudian aku memilih melanjutkannya,” lanjut rekannya.