GENMUSLIM.id- Gadis itu duduk sendirian di ruang perpustakaan. Menghabiskan waktu di tempat sunyi dengan buku-buku adalah kebiasaannya setiap jam istirahat.
Dia memilih untuk menyendiri dan menulis sesuatu apa pun itu, seperti membuat cerita atau sekadar coretan-coretan yang menggambarkan perasaannya dibanding harus berbicara dan bermain dengan teman sekelasnya.
Namanya Pinra, gadis pendiam dan tidak banyak bicara. Sifatnya yang demikian membuat gadis itu tidak punya banyak teman di sekolah.
Namun, Pinra tidak keberatan dengan itu karena dia pikir tidak semua orang mungkin bisa menerima dirinya.
Tidak jarang Pinra menerima perlakuan kurang mengenakkan dari teman sekelasnya. Bukan hanya dikira aneh, tetapi teman-teman Pinra juga sering mengucilkan dan menjauhinya.
Banyak yang mengira Pinra aneh karena jarang mau berkomunikasi dengan orang lain. Padahal bukan tidak mau, tetapi Pinra tidak bisa dan tidak pandai melakukannya.
Dia pemalu dan tidak cukup mahir berbasa-basi. Berbicara jika memang perlu dan berada di situasi yang memang memaksanya untuk bersuara.
Hal itu yang membuatnya lebih memilih pergi dan menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah dibandingkan dengan teman sekelasnya.
Baca Juga: Ulasan Buku Roger Housden, Mencari Rumi: Fabel Tentang Pencarian Arti Kebahagiaan dan Cahaya Hati
Meskipun Pinra berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan membiasakan diri untuk melakukan sesuatu sendiri ada saat di mana dia ingin seperti teman-teman lainnya. Mempunyai teman yang mungkin mau menerima kekuranganya dan membuatnya tidak merasa asing, meskipun di tengah keramaian.
Bukan tidak berusaha berbaur, Pinra sering mencobanya. Memulai pembicaraan dan berusaha bergabung dengan teman sekelasnya. Namun, seringkali Pinra justru diabaikan dan dianggap konyol.
Itu yang membuat Pinra ragu dan takut untuk memulai pembicaraan. Dia takut dianggap makin aneh dan terlihat konyol.
"Kamu hobi banget diem di tempat sepi gini. Eh, iya lupa. Kamu emang suka sendirian dan enggak suka keramaian ya, enggak kayak orang-orang." Tiba-tiba gadis lain yang bernama Risa teman sekelas Pinra datang dan mengatakan itu padanya.