Biarlah merah sendiri.
Biar ku temani dengan pandang.
Tiada yang menengok, sudah karat tiang penopangnya.
Tali dipanggang panas memudarkan warna.
Merahnya telah hampir menjadi putih.
Putihnya bercampur kuning air hujan.
Ke mana angin merayu, di sana ia menari.
Tetesan hujan kini sudah sebanyak air mata yang runtuh dari mata dahulu.
Teriakan merdeka seolah kalah dengan pembagian surga dan neraka.
Bambu runcing dalam tulisan sejarah seakan lenyap karena sipit dan legamnya warna.
Baca Juga: Puisi Bertemakan Islami Karya EMHA AINUN NADJIB: KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG
Darah bergelimang sudah hangus dalam balutan channel, kuda berlari atau 2 huruf.
Tahu tempe masih jadi kesukaan ibu.
Singkong akan dinikmati oleh nenek apabila masih hidup.