Sebagian orang, menikah tidak perlu dilandasi rasa sayang atau cinta. Maka dari itu, banyak individu yang salah memilih pasangan. Entah itu hanya mengejar karir atau mengikuti orang lain.
Salah satu tokoh psikologi yaitu Sigmund Freud mengungkapkan wanita sangat sulit untuk dipahami.
Entah itu dari pola pikir, emosional, atau sifat. Wanita merupakan sosok yang suka bicara entah itu dengan pasangannya, kerabat, atau teman.
Beda halnya dengan pria, mereka ingin memiliki banyak teman dan menjauhi permusuhan dengan orang lain.
Sangat berbeda bukan? Lalu mengapa banyak pasangan memilih cerai?
Percerain terjadi bukan begitu saja. Setelah menikah pasangan yang memulai kehidupan baru akan menemukan banyak perbedaan.
Sebelum menikah, kebanyakan dari kita memiliki keluarga besar. Namun setelahnya, hanya ada pasangan dan anak. Hal ini juga turut mempengaruhi kebiasaan kita.
Misalnya, wanita yang telah menikah pertemanannya akan berkurang sehingga sedikit untuk bisa diajak bicara.
Atau pengantin pria, yang awalnya memiliki banyak teman untuk bercerita lelucon bodoh namun setelah menikah harus memprioritaskan istri dan anak.
Perubahan inilah yang menjadi awal terciptanya perdebatan. Bukan hanya karena uang, pekerjaan, atau cara membesarkan anak,dan sebagainya. Namun perdebatan bisa dimulai dari dalam diri kita.
Tanpa disadari, kita menyalahkan pasangan karena “dia tidak cukup bagi kamu”. Kalimat yang sangat menyakitkan.
Tapi inilah yang menjadi alasan mengapa seseorang gagal dalam pernikahannya yaitu karena istri atau suami tidak cukup bagi kamu atau kalimat sederhananya “tidak bersyukur”.
Dr. Orion menambahkan jika kita tidak seharusnya atau dirancang untuk menjadi cukup sebagai individu.