Yang berarti memperingati hari ibu adalah menyerupai orang kafir, dan jika menyerupai orang kafir tersebut maka termasuk bagian dari mereka.
Sebagaimana dalam salah satu hadits Rasulullah SAW dalam riwayat Ibnu Umar, yang artinya:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud).
Dari situlah mereka berpendapat jika merayakan hari ibu itu haram hukumnya.
- Pendapat yang Membolehkan
Sebagian ulama’ yang lain, seperti Syekh Abdul Fattah Asyhur, Syekh Syauqi Allam (mufti Mesir), Syekh Ali Jum’ah (mantan mufti Mesir), Syekh Muhammad Ismail Bakar, dan Lembaga Fatwa Mesir (Darul Ifta’ Al-Mishriyyah) mengatakan bahwa peringatan hari ibu diperbolehkan.
Baca Juga: 6 Daftar Lagu Tentang Ibu yang Cocok menemani Hari Ibu 22 Desember, Simak Selengkapnya!
Para ulama’ tersebut beralasan bahwa peringatan hari ibu merupakan salah satu bentuk birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua).
Sebagaimana yang telah Allah SWT perintahkan kepada kita dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23, yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS Al-Isra’: 23).
Selain itu, Ulama’ tersebut berpendapat bahwa peringatan hari ibu merupakan salah satu bentuk syukurnya seorang anak kepada orang tuanya, terutama kepada ibu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14, yang memerintahkan hamba-Nya untuk bersyukur kepada Allah SWT dan kepada kedua orang tua.
Baca Juga: Mengagumkan! Mengupas Tuntas Manfaat Ilmiah Membaca Al Quran Bagi Kesehatan Janin dan Ibu Hamil
Jadi, Sobat Genmuslim, dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa para Ulama’ Islam berbeda pendapat tentang perayaan hari ibu.
