Namun perlu dicatat, setiap anak memiliki tempo perkembangan yang unik, tetapi secara umum, mereka mulai mempelajari keterampilan yang sama dalam jangka waktu yang serupa.
Misalnya, seorang bayi yang sehat mungkin mulai merangkak pada usia 6 atau 9 bulan, sementara beberapa anak lain mungkin melakukannya lebih awal atau lebih lambat.
Perbedaan waktu pertumbuhan tersebut normal, namun ketika seorang anak mengalami keterlambatan yang signifikan dalam dua atau lebih aspek perkembangan sesuai usianya, maka dapat dianggap sebagai keterlambatan perkembangan umum.
Kapan Anak Dianggap Mengalami Pertumbuhan Terlambat?
Orang tua tidak perlu terlalu khawatir jika perkembangan anak sedikit tertinggal dari anak-anak sebayanya.
Baca Juga: Mengenal Respectful Parenting, Pola Asuh Penuh Empati dengan Perlakukan Anak Selayaknya Orang Dewasa
Sebagian besar anak mengalami perkembangan dengan tempo yang berbeda-beda.
Keterlambatan kecil dalam satu aspek perkembangan mungkin tidak menjadi masalah besar, terutama jika anak mengejar ketertinggalannya seiring berjalannya waktu.
Anak baru dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan umum ketika ia mengalami keterlambatan yang signifikan dalam dua atau lebih aspek perkembangan sesuai usianya.
Contohnya jika seorang anak tidak mampu berbicara pada usia 2 tahun (keterampilan bahasa), tidak dapat berjalan (keterampilan motorik), dan tidak menunjukkan minat untuk belajar (keterampilan kognitif), maka pertumbuhan anak dianggap terlambat.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar 5-10% anak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.
Kemudian sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.
Hal ini menunjukkan masalah keterlambatan perkembangan pada anak bukanlah hal yang jarang terjadi.
Namun, fenomena perkembangan terlambat pada anak tidak boleh diabaikan.
Terutama jika berlangsung secara terus-menerus atau menjadi lebih serius seiring berjalannya waktu, karena dapat menyebabkan masalah di kemudian hari.***