Hasil dari survei yang dilakukan terhadap Gen Z, menyatakan bahwa anak remaja menduduki posisi paling atas dalam kondisi krisis kesehatan mental.
Secara umum, terdapat 26,7% remaja mengalami gangguan mental yang terbagi menjadi beberapa isu, yaitu pemusatan perhatian/hiperaktif, depresi, masalah perilaku dan PTSD (stres pasca trauma).
Perkara kesehatan mental tak pernah bisa dianggap remeh, mengingat sudah ada beberapa persen pengidap nya tak segan untuk menyakiti diri sendiri, bahkan melakukan percobaan bunuh diri.
Seberapa Besar Peran Orang Tua untuk Kesehatan Mental Anak?
Isu kesehatan mental anak tak hanya patut dikaitkan dengan korban bullying, namun juga pelakunya.
Perilaku pelaku bullying memiliki ciri yang khas yaitu dekat dengan kekerasan, baik fisik maupun mental.
Biasanya perilaku ini tumbuh dari pola asuh orang tua yang permisif, kurangnya contoh perilaku positif, kurang nya perhatian dan terbiasa melihat kekerasan sebagai salah satu cara melampiaskan emosi.
Lalu, apakah semua pelaku bullying mengalami masalah kejiwaan?
Tak semua ODMK atau Orang dengan Masalah Kejiwaan akan menampakkan gejala yang berarti.
Dintaranya bahkan nampak biasa saja, seperti orang-orang pada umumnya.
Namun demikian setiap orang tua wajib peka sehingga mampu mengenali perilaku anak-anaknya dengan baik.
Beberapa gejala masalah kesehatan mental pada anak seperti emosi yang tidak stabil di mana anak mudah sekali marah secara berlebihan.
Ketidakpatuhan di luar batas kewajaran dan kecemasan kronis yang bisa ditunjukkan dengan gejala susah tidur, menarik diri dari kehidupan social hingga melukai diri sendiri.
Peran orang tua adalah sebagai panutan bagi anak.
Merujuk dari KBBI daring, kata panutan yang memiliki arti teladan. Maka sudah semestinya orang tua menjadi contoh yang baik untuk anak.