GENMUSLIM.id - Gempuran polusi udara yang semakin tak terkendali di beberapa wilayah di Indonesia ternyata tak hanya menyebabkan penyakit pada fisik, namun ternyata berdampak terhadap kesehatan mental masyarakat.
Polusi udara dapat menyebabkan penyakit pada organ pernafasan dan jantung manusia, bahkan di wilayah Jakarta penderita penyakit ISPA mencapai 200 ribu pasien hingga Agustus 2023.
Dilain pihak ternyata buruknya polusi udara juga memicu penyakit kesehatan mental pada masyarakat.
Dilansir GENMUSLIM dari American Psychiatric Association pada Jumat 1 September 2023, beberapa penelitian menunjukan dampak polusi udara dapat menimbulkan penyakit kesehatan mental seperti meningkatnya stress, muncul tekanan psikologis, menambah resiko demensia, Alzheimer, depresi, skizofrenia, bipolar dan gangguan kepribadian.
Dalam studi lain yang diterbitkan JAMA Psychiatry dikatakan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara yang buruk dikaitkan dengan peningkatan depresi dan kecemasan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan memetakan tingkat polusi dengan alamat pasien, terungkap bahwa polutan yang terpapar adalah partikel halus seperti debu, asap,nitrogen dioksida yang berasal dari emisi lalu lintas, pembangkit listrik dan kilang.
“Meskipun depresi kurang lazim di kalangan orang dewasa yang lebih tua dibandingkan dengan populasi yang lebih muda, namun ada konsekuensi serius seperti gangguan kognitif, penyakit fisik penyerta dan kematian” ungkap mereka.
Dampak polusi pada kesehatan mental juga dijelaskan oleh dokter spesialis paru Dr. Garinda Alma Duta, Sp.P (K), FISR bahwa polusi udara secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan mental.
“Saat menghirup udara, polutan bisa masuk ke paru-paru dan pembuluh darah, sehingga bisa terbawa sampai ke otak, saat itulah terjadi gangguan kesehatan mental,” jelasnya.
Dr. Garinda juga menguraikan bahwa ada beberapa polutan atau sumber polusi udara yang dapat mempengaruhi kesehatan otak.
Menurutnya particulate matter atau PM2.5 yang berukuran sangat kecil atau kurang dari 2,5 mikrometer bisa menembus sistem saraf dan otak yang dapat mempengaruhi kesehatan otak, dan paparan gas CO2 yang terhirup dapat menurunkan daya pikir atau kemampuan kognitif.
“Perubahan sel-sel didalam otak memicu berbagai hal, sehingga dapat mengganggu kesehatan mental, terutama stress oksidatif naik yang akhirnya akan berefek ke seluruh tubuh dan mengganggu sistem saraf,” tambahnya.