GENMUSLIM.id- Viral di media sosial, pria tuna wisma berumur 50 tahun tewas usai sengaja merebahkan badan di rel perlintasan Stasiun Pasar Senen, jenazahnya pun sudah dibawa ke RSCM.
Aksi pria tertabrak kereta tersebut merupakan murni aksi tindakan bunuh diri.
Tindakan bunuh diri biasanya dipicu oleh depresi yang tidak tertangani secara medis.
Informasi mengenai pria yang bunuh diri tertabrak kereta di Stasiun Pasar Senen tersebut dibenarkan oleh Kanit Polsek Senen, Iptu Asep Dadang.
"Ya dari videonya bunuh diri itu dan sudah dibawa ke Cipto, entah bagaimana kita sudah periksa satpam itunya. Setelah itu kita cek TKP, kita cari yang videoin," kata Asep yang dilansir Genmuslim dari berbagai sumber pada Senin, 10 Juli 2023.
Asep menegaskan, aksi tersebut merupakan murni tindakan bunuh diri.
Indikasi awal, kata Asep, korban yang mengalami patah tulang usai tertabrak kereta, adalah orang yang sengaja melintas di sekitar kawasan itu.
Baca Juga: Selain Membuat Lebih Bahagia, Makan Cokelat Ternyata Baik untuk Kesehatan, Yuk Cek Faktanya !
"Namanya orang lewat sekitar situ ya memang bunuh diri murni," katanya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tindakan bunuh diri biasanya dipicu karena depresi.
Depresi secara umum disebut tekanan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik maupun mental.
Faktanya depresi menjadi permasalahan di dunia, karena berkaitan dengan kesehatan jiwa.
WHO mencatat setiap tahun 703.000 orang bunuh diri dan masih banyak lagi orang yang melakukan percobaan bunuh diri.
Setiap tindakan bunuh diri adalah tragedi yang mempengaruhi keluarga, komunitas dan seluruh negara dan memiliki efek jangka panjang pada orang-orang yang ditinggalkan.
Laporan WHO 2022 juga menyatakan sekitar 1 dari 8 orang di dunia hidup dengan gangguan jiwa.
Bunuh diri memengaruhi orang-orang dan keluarga mereka di semua negara sesuai konteksnya, dan pada semua usia.
Gangguan depresi memengaruhi 86 juta orang di Asia Tenggara.
Penanganan depresi saat ini di Asia baru menyentuh puncak gunung es.
Bahkan, terdapat stigma sosial seputar depresi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, masyarakat terus memberikan stigma negatif orang dengan depresi karena alasan budaya, agama, atau profesional.
Hal ini dapat menyebabkan pasien merasa malu, minder dan merasa tidak diterima.
Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan jiwa emosional.
Lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat,
kesehatan jiwa berdampak pada kesehatan fisik, sosial, dan ekonomi individu dan masyarakat di seluruh dunia.
Bunuh diri tidak hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi merupakan fenomena global di seluruh wilayah dunia.
Faktanya, lebih dari 77% kasus bunuh diri global terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2019.
Lebih dari tiga perempat orang yang menderita penyakit jiwa tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, akses untuk perawatan kesehatan jiwa yang berkualitas sangat terbatas.
Bahkan lebih dari 75% orang dengan depresi atau gangguan jiwa tidak mendapatkan perawatan sama sekali.
Kasus bunuh diri terdapat di seluruh rentang usia dan merupakan penyebab kematian keempat di antara usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2019.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.