pendidikan

Kasus Bullying Meningkat hingga 226 Kasus, Ilmuwan ini Berikan Cara Mengatasi Bullying di Sekolah

Minggu, 3 Desember 2023 | 21:40 WIB
Ilustrasi siswa korban bullying berharap temukan cara mengatasi bullying di sekolah (Foto: GENMUSLIM.id/dok: istockphoto.com/Marcos Calvo)

GENMUSLIM.id - Hingga kini, cara mengatasi bullying yang diterapkan masih belum efektif. Di tahun 2022 KPAI dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) catat kasus bullying makin meningkat sebanyak 226 kasus, umumnya terjadi di sekolah.

Meski kebijakan, prosedur, dan protokol sebagai cara mengatasi bullying kini menjadi persyaratan bagi sebagian besar sekolah di seluruh negeri, kasus bullying kerap terjadi di lingkungan sekolah dengan persentase tingkat bullying tertinggi terjadi pada siswa laki-laki di jenjang SD. 

Namun kebijakan yang dikembangkan dan diterapkan secara terpisah tidak cukup untuk menjawab cara mengatasi bullying.

Sehingga penting juga untuk menciptakan budaya dan iklim komunikatif di sekolah. 

Baca Juga: Anak Penurut Pertanda Kondisi Psikologis Tidak Sehat? Bunda Perlu Waspadai Hal ini Ketika Anak Memasuki Masa Toddler

Dilansir dari Woman Change World, Nancy MacKay ilmuwan pencetus kurikulum berbasis bukti mengungkapkan ada tiga inti dari cara mengatasi bullying, antara lain:

  1. Membangun Lingkungan yang Aman 

Adalah elemen kunci sebagai cara mengatasi bullying di sekolah.

Setiap guru dan siswa berkolaborasi untuk saling membangun kepercayaan agar siswa siswi merasa aman dan merasa didukung ketika mereka berbicara tentang bullying.

Penelitian baru dari Child Trends menemukan bahwa program pencegahan bullying yang menggunakan pendekatan seluruh sekolah untuk menumbuhkan iklim sekolah yang aman dan penuh kepedulian terbukti efektif. 

Caranya yakni dengan melatih orang dewasa (tidak hanya guru, melainkan keluarga, staff sekolah, dan masyarakat luas) untuk memberi contoh yang baik, memperkuat perilaku positif terhadap anak-anak, dan menanamkan pesan-pesan anti bullying.

  1. Menciptakan Kurikulum Lingkaran Terbuka

Di sekolah sangat perlu memiliki program pembelajaran sosio-emosional berbasis bukti, yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional anak-anak secara proaktif. 

Baca Juga: 6 Persen Anak Muda Indonesia Alami Gangguan Mental, Pertanda Lemahnya Mental atau Dampak Parenting?

Seperti mengajarkan anak-anak untuk menenangkan diri, mendengar mereka berbicara untuk melatih mereka mengutarakan pendapat, dan melatih anak untuk memecahkan masalah. 

Selain itu, kurikulum ini menawarkan untuk membangun komunitas sekolah (orang dewasa seperti guru, staff, keluarga, dan masyarakat) seluruhnya kompak mengikuti prosedur untuk membangun rasa aman anak-anak, dan peduli untuk terlibat dalam pembelajaran. 

Halaman:

Tags

Terkini