4. Amza (أمسى): Berkaitan dengan perubahan di waktu malam.
5. Dzaalla (ظلّ): Mengindikasikan situasi yang berlangsung sepanjang hari.
6. Laisa (ليس): Menunjukkan ketidakberadaan suatu kondisi atau keadaan.
7. Baatta (بات): Mengacu pada tindakan yang dilakukan di malam hari.
Penggunaan kata kerja ini mengubah struktur kalimat nominal (jumlah ismiyyah) dari subjek (mubtada’) dan predikat (khabar) menjadi bentuk yang lebih dinamis dengan perubahan pada ‘khabar’ menjadi ‘manshub’ (berakhiran vokal fathah).
Baca Juga: Nahwu Shorof: Yuk Kenali Lebih Jauh Isim Ghoiru Munshorif Beserta Penjelasan dan Contoh-contohnya!
Contoh Penggunaan dalam Kalimat
Dalam konteks sehari-hari, kita dapat melihat bagaimana ‘Kaana’ dan saudara-saudaranya mengubah makna sebuah kalimat. Sebagai contoh:
- Kaana al-waladu farihan (كان الولد فرحًا) - "Anak itu pernah bahagia."
- Asbaha al-rajulu sa’idan (أصبح الرجل سعيدًا) - "Pria itu menjadi bahagia pagi ini."
- Laisa al-mudarris hazinan (ليس المدرس حزينًا) - "Guru itu tidak sedang sedih."
Kata-kata kerja ini tidak hanya memberikan penekanan pada waktu atau situasi, tetapi juga membantu menggambarkan tindakan atau keadaan dalam bentuk yang lebih spesifik.
Struktur Kalimat dalam Kaana wa Akhawatuha
Dalam penggunaannya, ‘Kaana wa Akhawatuha’ mempengaruhi dua elemen penting dalam kalimat: ‘mubtada’ (subjek) dan ‘khabar’ (predikat).
Ketika salah satu dari ‘Kaana wa Akhawatuha’ digunakan, ‘mubtada’’ tetap dalam keadaan ‘marfu’’ (berakhiran vokal dhammah), sedangkan ‘khabar’ menjadi ‘manshub’ (berakhiran vokal fathah). Misalnya: