- Kesulitan Mengontrol Emosi.
Orang tua yang toxic parents sering kesulitan mengontrol emosi negatif, terutama kemarahan.
Mereka bereaksi secara berlebihan ketika mengetahui bahwa anak melakukan kesalahan, sering kali dengan alasan untuk mendisiplinkan anak.
Respon kemarahan orang tua ini seringkali tidak terduga dan bisa sangat keras, meliputi tindakan fisik seperti memukul, mengucapkan kata-kata kasar, atau melakukan kekerasan lainnya.
- Terlalu Memberikan Aturan yang Ketat
Toxic parents cenderung mengontrol anak-anak mereka dengan memberlakukan aturan-aturan yang sangat kaku dan ketat.
Mereka menentukan apa yang harus dilakukan, kapan, dan bagaimana anak harus melakukannya, tanpa memberikan ruang bagi anak untuk menentukan keputusan mereka sendiri.
Ketika anak mulai memasuki masa remaja, orang tua toksik ini akan terus campur tangan dalam urusan pribadi anak.
- Menyalahkan dan Mengkritik Secara Berlebihan
Orang tua yang toxic parents sering menyalahkan dan mengkritik anak secara berlebihan, bahkan ketika anak sudah berusaha dengan sebaik mungkin.
Mereka mungkin menjadikan anak sebagai sasaran kesalahan jika harapan mereka tidak terpenuhi.
Orang tua toxic parents selalu mencari-cari kesalahan anak dan tidak mampu menghargai usaha anak.
Dalam jangka panjang, orang tua Toxic parents akan terus mengingat dan mempermasalahkan kesalahan yang pernah dilakukan oleh anak.
- Sering Mengejek Anak
Orang tua yang toxic parents sering mempermalukan anak dengan menggunakan kata-kata kasar, ejekan, sindiran, merendahkan atau berteriak pada anak di depan orang lain.
Hal ini justru akan menyebabkan anak merasa sangat malu.
- Tidak Mendukung Anak
Saat anak merasa gembira atau bahagia karena berhasil, orang tua yang toxic parents justru cenderung mengabaikan perasaan tersebut, tidak memberikan dorongan atau penghargaan, bahkan merasa tidak senang dengan keberhasilan anak.***