Sebagai solusi, Kiai Cholil mengusulkan agar sekolah tetap berjalan selama Ramadhan, namun dengan jadwal yang lebih singkat.
Waktu belajar akademik dapat dikurangi, sementara porsi pendidikan agama, khususnya Islam, ditingkatkan. Hal ini akan menjadikan Ramadhan lebih produktif dan bermakna bagi siswa.
Kiai Cholil menjelaskan jika sekolah dapat menjadi wadah untuk mengajarkan nilai nilai puasa yang relevan dengan arti kehidupan, seperti kejujuran dan kedisiplinan.
Langkah ini dirasa bisa memperkuat karakter siswa sekaligus menjadikan Ramadhan lebih bermakna.
Baca Juga: Apakah Isra Miraj 2025 Tanggal Merah? Cek Info Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama
Bagi Ketua MUI, libur penuh selama Ramadhan bukanlah solusi ideal. Sebaliknya, pendidikan agama harus diperkuat melalui program-program yang relevan dengan nilai-nilai bulan suci ini.
Dengan pendekatan yang tepat, Ramadhan bisa menjadi waktu yang produktif bagi siswa sekaligus mendukung penguatan karakter berbasis agama.
Menurut kamu sendiri apakah solusi ini diterapkan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia? ***