GENMUSLIM.id - Hari Ayah Nasional 2023, tulisan kali ini akan mencoba menggambarkan secara sederhana tentang tokoh besar Nusantara, di masa pra kemerdekaan Republik Indonesia Modern.
Meski sosok ini berada jauh dari Hari Ayah Nasional 2023, tetapi legasi yang telah beliau tinggalkan, tidak akan pernah menjadi sesuatu yang hilang relevansinya, apa yang diwariskan, akan selalu menjadi pengingat di masa kini dan masa depan.
Maka bersyukurlah di Hari Ayah Nasional 2023, kita mendapatkan figur utama Kerajaan Mataram Islam untuk kita pelajari, kita ambil intisari kebaikannya dan kita manifestasikan dalam keseharian kita.
Pemuda Peradaban di Atas Takhta
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645.
Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang.
Baca Juga: Hari Ayah Nasional 2023 : Inspirasi Abikoesno Tjokrosoejoso, Jejak Sang Putra Para Pahlawan Islam
Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. R.M.
Jatmika naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun dan dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan.
Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan kerajaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat.
Kehadiran Sultan Akbar ini sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban dan kebudayaan pada tingkat yeng lebih maju.
Dirinya memiliki berbagai keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya menjadikannya Raja yang cakap.
Benteng Kokoh Menghadapi VOC Belanda
Sultan Agung Hanyokrokusumo, merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran melakukan perlawanan dengan Belanda yang kala itu hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
Perlawanan terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.
Perlawanan tersebut disebabkan karena Ia menyadari bahwa kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa.
Kekuasaan Kerajaan Mataram Islam pada waktu itu, meliputi hampir seluruh Jawa dari Pasuruan sampai Cirebon.
Sementara disisi lain, VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti Batavia.
Alasan lainnya adalah, kehadiran VOC akan menghambat penyebaran agama Islam di Jawa yang sedang giat dilakukan.
Sultan Jawa ini, memiliki prinsip untuk tidak penah bersedia berkompromi dengan VOC maupun penjajah lainnya.
Namun, serangan Mataram Islam terhadap VOC yang berkedudukan di Batavia, mengalami kegagalan disebabkan tentara VOC membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam pada saat itu.
Sultan Agung wafat pada 1645 dan dimakamkan di komplek pemakaman Raja-raja kerajaan Mataram Islam di Astana Imogiri.
Sebagaimana wasiatnya, Susuhunan Agung Hanyokrokusumo digantikan oleh putranya dari Ratu Wetan yaitu Raden Mas Sayidin yang nanti bergelar Amangkurat I.***