Dalam hal ini, Ustadz Felix menekankan pentingnya saling memahami, bukan memaksakan perbedaan.
Ia menyayangkan bahwa kritik terhadap UAH seolah menuduh UAH menyamakan Yesus sebagai Tuhan dalam narasi Islam.
Padahal, menurut Ustadz Felix, pendekatan yang dilakukan UAH semata-mata untuk berdakwah dengan bahasa yang lebih mudah diterima non-Muslim, tanpa mencederai prinsip tauhid.
Ustadz Felix juga mengingatkan bahwa Islam adalah agama yang sangat mengutamakan toleransi dan etika dalam perbedaan pendapat.
Baca Juga: Ustadz Felix Siauw Tegaskan: Ketika Istri Salah Sudah Pasti Salah Suami, Ini Penjelasannya!
Dalam Islam, perbedaan pendapat bukanlah sesuatu yang otomatis memisahkan iman dan kafir.
Seperti yang ia katakan, "Berbeda pendapat dalam Islam bukan berarti satu di surga, satu di neraka. Tidak ada serta-merta seperti itu."
Untuk mendukung argumennya, Ustadz Felix mengutip QS. Al-Baqarah: 256 yang berbunyi:
لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Ayat ini menjadi landasan bahwa tidak ada paksaan dalam hal keyakinan, dan Islam memberikan ruang bagi setiap individu untuk memahami kebenaran sesuai dengan kemampuannya.
Ustadz Felix menutup argumennya dengan kalimat yang penuh harapan, bahwa dakwah akan lebih efektif apabila dilakukan dengan pendekatan yang positif.
Ia merasa beruntung bahwa di sisi dakwah ada sosok seperti UAH yang penuh wawasan, mampu menjawab berbagai pertanyaan dan menyampaikan ajaran Islam secara menarik dan informatif.
Bagi Ustadz Felix, kehadiran UAH di dunia dakwah sangat bermanfaat, dan ia berharap semakin banyak dai yang cerdas dan berwawasan untuk membantu umat memahami Islam dengan baik.