Keempat, penyihir sering meminta jejak dari pasien, seperti rambut, kuku, atau pakaian dalam.
Tujuannya adalah untuk melakukan sihir pada pasien, bahkan untuk menjadikannya sebagai pelanggan tetap.
Mereka menggunakan barang-barang tersebut untuk mengendalikan pikiran pasien.
Ciri kelima, tukang sihir menulis mantra-mantra atau simbol-simbol pada kertas dan memberikannya kepada pasien.
Simbol-simbol ini sering kali berupa huruf-huruf yang tidak bermakna atau kombinasi angka-angka yang tidak dimengerti.
Keenam, penyihir memberikan jimat kepada pasien dalam bentuk benda kecil yang dilipat dalam kain atau kulit.
Jimat tersebut dipercaya bisa membawa keberuntungan atau menghindarkan dari marabahaya.
Namun, Ustadz Khalid menegaskan bahwa penggunaan jimat merupakan bentuk kesyirikan yang harus dihindari.
Ciri ketujuh, tukang sihir sering meminta pasien untuk menanam barang-barang di tanah, seperti boneka atau kertas bertuliskan mantra.
Ritual ini biasanya dilakukan untuk memanipulasi situasi tertentu, seperti karier atau hubungan.
Selain itu, tukang sihir sering kali menggunakan praktik kotor seperti meneteskan darah haid pada Al-Qur'an atau memasukkan potongan ayat ke dalam WC sebagai bagian dari ritual sihir mereka.
Ustadz Khalid mengingatkan bahwa menghina Al-Qur'an seperti ini adalah tindakan yang sangat tercela dan dapat menyebabkan hilangnya keimanan seseorang.
Ustadz Khalid Basalamah juga menyebutkan bahwa penyihir dapat mengenali informasi pribadi seseorang, seperti nama ayah atau ibu, dan masalah yang dihadapinya.
Ini bukanlah karena kemampuan spiritual, melainkan melalui bantuan jin yang berkomunikasi dengan penyihir tersebut.