Ayat ini menjelaskan bahwa dunia diciptakan sebagai tempat ujian untuk mengukur siapa yang paling baik amalnya.
Dengan kata lain, kehancuran dunia hanyalah sebuah proses menuju kehidupan abadi di akhirat, di mana keadilan Allah akan ditegakkan.
Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan ilmu dalam memahami hikmah di balik setiap ketetapan Allah.
Ustadz Khalid Basalamah juga menegaskan bahwa masuk ke dalam wilayah yang bukan milik manusia, yaitu hak Allah sebagai Pencipta, merupakan bentuk dari melampaui batas.
Segala sesuatu yang tidak dijelaskan secara rinci oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak perlu diperdebatkan terlalu jauh, karena hal itu berada di luar jangkauan akal manusia.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an pada surah Al-Anbiya ayat 16:
وَمَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَٰعِبِينَ
Artinya: Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Dinukil GENMUSLIM dari kitab Tafsir Ibnu Katsir, makna dari ayat ini ialah Allah menciptakan segala sesuatu dengan hikmah, dan tidak ada yang sia-sia dari ciptaan-Nya, meskipun manusia mungkin belum mampu memahami sepenuhnya.
Kesimpulannya, Allah menciptakan dunia ini sebagai bagian dari rencana besar-Nya, yang mencakup kehidupan dunia, kematian, kiamat, dan kehidupan akhirat.
Hal ini mengajarkan bahwa sebagai manusia, kita harus menerima setiap ketetapan Allah dengan penuh keyakinan dan tidak memasuki wilayah yang bukan miliknya.
Hikmah Allah mungkin belum selalu jelas bagi kita sekarang, tetapi sebagai hamba-Nya, tugas kita adalah beriman dan beramal sesuai dengan petunjuk-Nya. ***