فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا
Artinya: Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.”
يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
Artinya: “Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”
وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا
Artinya: “Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Keduanya, tauhid dan istighfar, saling berkaitan erat. Tauhid menjadi landasan bagi kita untuk senantiasa beristighfar, sementara istighfar menjadi sarana untuk menjaga kemurnian tauhid.
Dengan mengamalkan keduanya secara seimbang, kita akan semakin dekat dengan Allah dan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan tauhid dan istighfar akan tercermin dalam sikap dan perilaku kita.
Seorang muslim yang telah mentauhidkan Allah akan senantiasa berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sabar, tawakkal, dan ikhlas dalam segala hal.
Sementara itu, kebiasaan beristighfar akan membuatnya lebih rendah hati, pemaaf, dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Sehingga pilar tegaknya agama ini tergambar dari perilaku umatnya. ***