GENMUSLIM.id - Keutamaan membaca istighfar bukan hanya untuk memohon ampun kepada Allah SWT melainkan juga bisa mendatang rezeki.
Dalam Islam, mengamalkan istighfar dianjurkan terutama untuk mendapat ampunan Allah SWT. Apalagi, keutamaan membaca istighfar tidak dapat dipandang sebelah mata.
Amalan ini dapat dilakukan setiap saat apalagi keutamaan membaca istighfar sangatlah beragam baik untuk penarik rezeki hingga keberuntungan hidup dunia dan akhirat.
Bacaan istighfar sangatlah singkat dan mudah dipraktikkan baik setelah sholat ataupun dalam kondisi apapun.
Dilansir GENMUSLIM.id dari kanal Youtube Shahih Fiqih, pada, Selasa, 30 Juli 2024, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan mengenai keutamaan membaca istighfar.
Baca Juga: Setelah Cebok Tangan Masih Bau Apakah Dihukumi Najis? Jangan Sampai Salah, Ini Penjelasannya!
Salah satunya adalah amalan istighfar selalu diamalkan Nabi Muhammad SAW meskipun segala dosa-dosanya telah diampuni Allah SWT.
Namun, Rasulullah SAW selalu mengamalkan istighfar setiap saat terlebih saat hati merasa resah, ada kesedihan dan kekhawatiran.
Dalam hadis al-Aghar al Muzaniy, Nabi Muhammad SAW berkata, "Sesungguhnya hatiku resah (Maksudnya adalah ada kesedihan, rasa terbebani, dan yang semisalnya) "Sesungguhnya dalam sehari saya meminta ampun kepada Allah sebanyak 100x (HR. Muslim no.2702).”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengungkapkan tentang amalan Istighfar yang dilakukan oleh Nabi SAW selalu mengucapkannya 100 kali dalam sehari meskipun dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.
“Inilah yang dilakukan oleh Nabi SAW. Padahal dosanya yang awal hingga akhir telah diampuni. Harusnya semangat kita melebihi beliau! Namun memang hati kita adalah hati yang keras dan mati sehingga tidak resah dengan banyaknya dosa.” Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin seperti dilansir dari kanal Youtube Shahih Fiqih.
Namun, faktanya tidak sedikit manusia mengabaikan betapa dzikir Istighfar yang diamalkan oleh Nabi SAW dapat mendatangkan banyak kebaikan.
Selain itu, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin juga memberi catatan bahwa tidak sedikit sebagian dari manusia tidak merisaukan perbuatannya.