GENMUSLIM.id - Nabi Muhammad SAW merupakan teladan utama bagi umat Islam dalam segala aspek kehidupan.
Sebagai Rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW menyampaikan wahyu Allah SWT dan menjadi contoh nyata dalam menjalankan ajaran Islam.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya memberikan petunjuk melalui perkataan, tetapi juga melalui tindakan dan perilaku sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai Islam.
Kepribadian Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang, kejujuran, kesabaran, dan ketaqwaan menjadi inspirasi bagi setiap Muslim.
Baca Juga: Jemaah Haji 2024 yang Meninggal Dunia di Tanah Suci tidak Bisa Dibawa Pulang, Ternyata Ini Alasannya
Beliau juga menunjukkan bagaimana seorang Muslim harus berinteraksi dengan orang lain, termasuk dengan mereka yang berbeda keyakinan.
Melalui kehidupan dan ajarannya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya menjalankan ibadah, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan selalu berusaha untuk meningkatkan diri dalam kebaikan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Namun, kaum Yahudi menolak beriman kepada Nabi Muhammad SAW, meskipun mereka telah mengetahui ciri-ciri beliau dari kitab suci mereka.
Dilansir Genmuslim.id dari YouTube @DellyMuslim pada Selasa, 4 Juni 2024, alasan kaum Yahudi menolak beriman kepada Nabi Muhammad SAW.
Meskipun kaum Yahudi menyadari keberadaannya, jika kita bertanya kepada kaum Yahudi mengapa mereka menolak beriman kepada Nabi Muhammad SAW.
Sementara, mereka meyakini risalah Nabi Musa As. Mereka akan menjawab dengan merujuk pada keturunan yang terhormat.
Kaum Yahudi menganggap Nabi Musa As sebagai figur yang mulia karena Nabi Musa As merupakan keturunan dari Nabi Ishak dan Nabi Yaqub dari Bani Israil dengan ibunya yang bernama Sarah.
Sarah merupakan istri pertama Nabi Ibrahim. Sementara, Nabi Muhammad SAW, menurut kaum Yahudi adalah keturunan Arab dari Nabi Ismail As.
Dan ibu Nabi Ismail As, Siti Hajar yang dulunya merupakan seorang budak. Fanatisme terhadap keturunan ini terus diturunkan dari generasi ke generasi dalam masyarakat Yahudi.
Meskipun, Siti Hajar adalah salah satu istri Nabi Ibrahim, pada masa itu para Yahudi berharap nabi terakhir akan berasal dari keturunan Bani Israil.
Hal ini mencerminkan karakteristik kaum Yahudi yang disebutkan dalam Al-Quran di mana mereka mengetahui kebenaran, namun mereka menolak untuk beriman.***