khazanah

Membaca Bustanus Salatin, Sebuah Mahakarya Khazanah Intelektual Islam Periode Kesultanan di Nusantara (Part 3)

Kamis, 28 September 2023 | 20:57 WIB
Bustanus Salatin, salah satu mahakarya khazanah Islam di Nusantara-Melayu ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Instagram @amermeftah))

GENMUSLIM.id - Bustanus Salatin ditulis oleh ulama besar dari Gujarat, India yang masih mempunyai darah keturunan Melayu ini  salah satu khazanah intelektual Islam pada periode kesultanan di Nusantara.

Buku bermutu tinggi dan kaya akan dimensi keilmuan ini (Bustanus Salatin) terdiri dari tujuh jilid, yang menggambarkan bagaimana penciptaan hingga masa kesultanan Islam di Asia Tenggara, sekaligus juga berisi khazanah ilmu firasat, astronomi, maupun kedokteran.

Dalam catatan Anne Catherine Grinter di dalam bukunya yang berjudul Book IV of the Bustanus Salatin by Nuruddin al-Raniri; A Study from the Manuscripts of a 17th Century Malay Work Written in North Sumatra, bahwa Bustanus Salatin juga membahas hubungan ulama dan raja di dalam ajaran Islam.

Baca Juga: Membaca Bustanus Salatin, Sebuah Mahakarya Khazanah Intelektual Islam Periode Kesultanan di Nusantara (Part 1)

Lebih tepatnya, dalam hal hubungan antara raja dan ulama dalam Islam dipengaruhi karya Imam Al Ghazali yang berjudul Nasihat al-Muluk.

Bahwa seorang raja harus bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah orang terdahulu yang diceritakan di dalam Al Qur’an, agar bisa memerintah dengan adil dan bijak dan berusaha meninggalkan memerintah rakyat dengan dzalim.

Seorang ulama menjadi penasehat raja dalam hal kebaikan, menasehati dengan tegas jika seorang raja melenceng dari ajaran Islam, menuntun raja dan rakyat agar senantiasa taat dan patuh terhadap syariat-Nya.

Meskipun Islam dijadikan ukuran dan rujukan utama dalam memerintah, raja harus tetap mempunyai komitmen yang teguh dan berusaha menjadi teladan rakyatnya.

Baca Juga: Membaca Bustanus Salatin, Sebuah Mahakarya Khazanah Intelektual Islam Periode Kesultanan di Nusantara (Part 2)

Artinya, raja juga manusia biasa, yang bisa saja tergelincir dari ajaran Islam yang terang benderang, oleh sebab itu perlu sikap kehati-hatian dan bijaksana.

Menurut orientalis Anthony Reid di dalam bukunya yang berjudul The Contest for North Sumatra; Aceh the Netherlands and Britain 1858-1898, yang mempunyai pandangan lumayan sinis terhadap eksistensi kesultanan Islam di Nusantara yang mengganggu kepentingan dan ambisi penjajah, jika periode tersebut tidak ada peluang bagi rakyat untuk memprotes raja, sebagaimana diterangkan oleh Bustanus Salatin.

Karena Islam dijadikan rujukan dan sumber utama dalam memerintah, maka sifatnya ‘absolutisme’ bahkan ‘otoritarianisme’

Para penguasa kerajaan tersebut telah 'memaklumkan status spiritual melalui gelar dan ritual mereka'.

Baca Juga: Sukses dengan Film Satu Hari dengan Ibu, Film Maker Muslim Segera Rilis Perjalanan Pembuktian Cinta!

Halaman:

Tags

Terkini