GENMUSLIM.id-Jika pada abad ketujuh hingga kurang lebih abad tujuh belas masehi, peradaban Islam menjadi pusat dunia kala itu, sedangkan di saat yang sama peradaban Barat mengalami apa yang disebut sebagai zaman the dark age atau abad kegelapan, begitulah uraian singkat dari Syed Muhammad Naquib Al Attas.
Menurut Syed Muhammad Naquib Al Attas, selama peradaban Islam mengalami kemajuan di berbagai aspek kehidupan, seringkali digunakan untuk asas-asas kebermanfaatan bagi seluruh alam semesta, namun ketika peradaban Barat mengalami pencerahan dan bangkit dari abad kegelapan, justru digunakan untuk mempermudah misi kolonialisme mereka.
Namun, pada artikel kali ini, akan dibahas mengenai sifat-sifat asasi mengenai kebudayaan dan peradaban Barat menurut cendekiawan Islam hebat Syed Muhammad Naquib Al Attas.
Di dalam bukunya yang berjudul Risalah untuk Kaum Muslimin, Syed Muhammad Naquib Al Attas pertama-tama memberikan uraian singkat mengenai akar kebudayaan Barat itu sendiri, yang embrionya bisa dilacak sejaka zaman Yunani-Romawi.
Pada masa Yunani Kuno, mulai dikembangkanlah sebuah kebudayaan, kesenian, pendidikan, hingga filsafat, yang juga mengambil dari peradaban Timur seperti Mesopotamia maupun Mesir, meskipun dalam beberapa hal juga telah dimodifikasi oleh para pemikir di Yunani.
Setelah peradaban Yunani runtuh, warisan kebudayaan Yunani ini diambil oleh peradaban Romawi Kuno sebagai ‘pewaris’ kebudayaan Yunani, seperti dalam pemikiran filsafat stoikisme dipakai oleh Kaisar Romawi yang bernama Cicero.
Peradaban Romawi Kuno berkontribusi melahirkan sebuah perundang-undangan negara dan model struktur militer yang kuat.
Pada tahun 313 M, ketika Kaisar Konstantin Agung dalam Konsili Nicea menerapkan kebijakan bahwa agama Kristen sebagai agama negara pada Kaisar Bizantium, praktis juga berdampak pada perubahan agama di dalam masyarakat Barat kala itu.
Meskipun sudah didominasi agama Kristen, namun menurut pandangan Syed Muhammad Naquib Al Attas, masyarakat Barat kala itu sebagian besar dan bahkan kaisar-kaisarnya tidak memeluk benar-benar agama tersebut, meskipun sebagian besar masyarakat dan Kaisar juga memeluk agama tersebut, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh John Stuart Mill dalam bukunya yang berjudul On Liberty.
Baca Juga: Apakah Pernikahan Merupakan Tanda Cinta Seorang Pria? Lantas Mengapa Banyak KDRT terjadi?
Di dalam buku On Liberty, John Stuart Mill bahkan menggambarkan dengan detail, jika pada zaman Romawi Bizantium, masyarakat Barat mempunyai sebuah pemikiran bahwa perlunya taat kepada negara, ketataan pada negara didasarkan pada ajaran filsafat etika yang digabungkan dengan agama Kristen.
Artinya, meskipun Kristen Katholik telah mendominasi peradaban Barat atau Eropa kala itu, ajaran-ajaran filsafat Yunani Romawi masih dipertahankan.