khazanah

Edward Said, Intelektual Keturunan Palestina yang Mengkritik Orientalisme dalam Mengkaji Islam dan Timur

Jumat, 18 Agustus 2023 | 06:15 WIB
Kritik Edward Said terhadap Orientalisme. Gambar ilustrasi mengenai hasil kebudayaan Timur yang dipotret orientalis. ((GENMUSLIM.id/dok:Pixabay.com / Dtteom))
 
GENMUSLIM.id - Edward Said seorang intelektual keturunan Palestina, yang terkenal karena mengkritik total bangunan pengetahuan yang dianggap sudah mapan oleh orientalisme.
 
Setelah buku orientalisme terbit pada tahun 1978 dan sudah diterjemahkan dalam banyak bahasa, nama Edward Said dianggap sebagai pionir studi pasca-kolonialisme.
 
Pengaruh pemikiran Edward Said menjangkar, mengajak, dan memotivasi para akademisi ‘dunia ketiga,’ untuk membaca kembali bangunan pengetahuan para orientalis, yang bias eurosentris.
 
Sebelum menjelajahi inti pemikiran Edward Said, alangkah baik kita mengenal lebih dekat sosok Edward Said.
 
Edward Said lahir di Yerusalem pada tanggal 1 November 1935.
 
Baca Juga: Mengulas Kehidupan Tokoh Proklamator Indonesia: Inilah Pemikiran dari Mohammad Hatta, Wakil Presiden Pertama!
 
Karir intelektualnya sangat panjang, pernah megajar perbandingan dan Sastra Inggris di Universitas Columbia, profesor pelawat di Universitas Harvard dan Universitas Johns Hopkins, serta pernah mengajar di Universitas Stanford.
 
Di dalam buku Orientalisme, Edward Said memakai analisis posstrukturalis Michel Foucault dan hegemoni Antonio Gramscai untuk membedah dan mengkritisi hasil pengetahuan yang dibangun orientalis.
 
Analisis dari posstrukturalis yang mengatakan setiap diskursus atau wacana terdapat selubung kekuasaan yang menghendakinya, sedangkan memakai analisis hegemoni Gramsci untuk membedah bahwa setiap yang dominan akan menindas yang lemah dan ‘yang lain.’
 
Berangkat dari dua teori tersebut, Edward Said berupaya membongkar setiap bangunan pengetahuan dari kalangan orientalis.
 
Bagi Edward Said, hasil penelitian dari orientalis mengandung bias eurosentris, di mana orientalis mengatakan bahwa negeri-negeri Non-Eropa, seperti Timur Tengah, Afrika, China, dianggap ‘kurang beradab’, ‘eksotis,’ ‘misterius,’ ‘kurang manusiawi,’ dan tuduhan peyoratif lainnya.
 
Baca Juga: Nicollo Machiavelli, Filsuf Politik dari Italia yang Pemikiran Politiknya Perlu Dikritik, Simak Penjelasannya!
 
Karena dianggap ‘eksotis’, ‘kurang beradab’, ‘misterius’, dan ‘kurang manusiawi’, maka orang-orang Barat merasa berhak untuk memperadabkan orang-orang Timur lewat kolonialisme itu sendiri.
 
Edward Said juga memberi contoh pada kasus Snouck Hurgronje yang mengkaji hubungan Islam dan masyarakat Nusantara waktu itu.
 
Tujuan dari penelitian Snouck Hurgronje ditujukan kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk mengambil kebijakan bagaimana menundukan dan menindas masyarakat jajahannya.
 
Meskipun berjasa pada studi pasca-kolonialisme, kajian Edward Said tetap mendapat kritikan dari sesama pengkaji pasca-kolonial, seperti Wael Hallaq.
 
Baca Juga: Mengenal Pemikiran Irfan Afifi, Budayawan Muda Asal Yogyakarta yang Mengkaji Pertemuan Islam dan Jawa
 
Wael Hallaq juga berasal dari Palestina, meskipun fokus utamanya studi Islam, Wael Hallaq juga mempunyai minat yang sama dengan Edward Said.
 
Di dalam buku Restating Orientalism; A Critique of Modern Knowledge, Wael Hallaq menganggap Edward Said kurang radikal dalam mengkritik orientalisme, sebab Edward Said masih memakai pisau analisis dari Barat.
 
Bagi Wael Hallaq, seharusnya kritik itu dilandasi teori dari masyarakat yang dijadikan objek penelitian orientalis itu, bukan masih meminjam dari Barat.***

Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.

 

Tags

Terkini