GENMUSLIM.id - Abu Hatim Muhammad bin Idris Ar-Razi adalah salah seorang ulama yang hidupnya penuh perjuangan dan pengorbanan dalam menuntut ilmu.
Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud bin Mihran al-Hanzhali al-Ghathfani atau lebih dikenal Abu Hatim.
Abu Hatim lahir pada tahun 195 H dan meninggal pada tahun 277 H, berasal dari keturunan Tamim bin Hanzhalah bin Yarbu'.
Ketika Abu Hatim Ar-Razi berada di Basrah pada tahun 214 H, ia berniat tinggal di kota itu selama satu tahun untuk menuntut ilmu dari para syekh atau ulama (yang ahli dalam bidang ilmu hadits).
Baca Juga: Kisah Inspiratif: Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Putri dari Penentang Islam yang Dipinang Rasulullah
Bekal yang dibawa oleh Abu Hatim Ar-Razi suatu hari habis karena semangat dan kesungguhannya dalam menuntut ilmu.
Maka ia pun harus menjual bajunya satu persatu untuk mencari ilmu, hingga akhirnya tidak ada uang tersisa (bajunya sudah terjual dengan harga mencari ilmu).
Untuk mencari ilmu, Abu Hatim Ar-Razi bepergian dengan teman dekatnya di sekitar kota Basra, mengunjungi para syekh ilmu (hadits) hingga malam hari.
Lagi pula, itu hanya seteguk air dalam mencari ilmu.
Ketika temannya kembali ke rumahnya, ia kembali ke rumah dengan rasa lapar, ia minum air untuk menghilangkan rasa lapar.
Baca Juga: Kisah Inspiratif: Salamah bin Al Akwa, Sahabat Nabi yang Dijuluki Pejuang Infanteri Wanita Terbaik
Keesokan harinya Abu Hatim pergi lagi untuk belajar ilmu (hadits) dengan teman dekatnya ketika ia lapar.
Seperti biasa, setelah dia pulang, Abu Hatim pulang dengan lapar dan hanya minum air untuk menghilangkan rasa lapar.
Keesokan harinya, sahabat Abu Hatim datang kepadanya pagi-pagi sekali dan berkata: "Ayo, kembali belajar dengan syekh (ulama)".
Kemudian Abu Hatim menjawab: "Badan saya sangat lemah."
Sahabatnya bertanya" Apa yang membuat tubuhmu lemah?."
Baca Juga: Kisah Inspiratif: Nusaibah binti Kaab, Sang Perisainya Rasulullah Wanita yang Sabar dan Pemberani
"Aku tidak bisa menyembunyikan keadaanku darimu lagi, aku benar-benar belum makan selama beberapa hari," jawab Abu Hatim.
Maka dia berkata “Aku punya sisa satu dinar, aku akan memberimu setengah dinar dan kamu gunakan setengahnya lagi untuk membayar sewa. Setelah itu kita (berdua) meninggalkan kota Basra. Kita bisa belajar dari Abu Hatim Ar-Razi bahwa untuk menuntut ilmu atau ruh yang kuat, keikhlasan, perjuangan bahkan pengorbanan harus dipadukan untuk mencari. Agar semua kendala yang ada di depan kita bisa diatasi, agar kita bisa meninggalkan Basrah."
Suatu hari ketika Abu Hatim dan sahabatnya hendak mendatangi syekh untuk menuntut ilmu, tapi ternyata syekh tersebut sakit.
Kemudian mereka berdua memutuskan pulang dan melewati pasar.
Baca Juga: Destinasi Wisata di Thailand yang Menjadi Lokasi Syuting King The Land, Pecinta Drakor Wajib Tahu!
Di sana Abu Hatim tertarik dengan ikan yang sedang dijajakan para penjual, dan mereka pun memutuskan untuk membeli.
Sesampainya di rumah ternyata waktu belajar di majelis ilmu untuk Syekh yang lain sudah tiba.
Sehingga, mereka langsung menuju ke sana dan meninggalkan ikan itu dengan harapan bisa memasaknya di lain waktu tetapi hingga tiga hari kemudian, ikan itu busuk.
"Kami tidak sempat memasaknya karena kesibukan menuntut ilmu," katanya.
Lalu, ikan itu mereka makan dalam keadaan mentah karena tidak punya waktu untuk menggoreng.
"Ilmu itu tidak akan bisa diraih dengan badan yang santai." kata Abu Hatim.
Dengan demikian, orang yang ingin mencari ilmu, tetapi tidak dapat menahan rasa lelah dan penat dalam mencari ilmu maka ia harus bersiap dengan kebodohan di masa depan.
Jadi jangan menunggu orang tersebut mendapatkan ilmu yang mereka cari.
Karena menuntut ilmu tentu membutuhkan kesabaran dan perjuangan yang besar. ***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.