Pembangunan masjid ini melibatkan banyak pihak dalam prosesnya. Tidak hanya wali songo saja yang terlibat, tetapi masyarakat sekitar juga ikut andil untuk membantu.
Setelah berdiri, para wali songo kerap berkumpul di masjid ini untuk membahas mengenai agama, serta perihal dakwah di Pulau Jawa.
Saka Guru/Saka Tatal
Masjid Agung Demak memiliki penyangga yang terkenal bernama saka guru/saka tatal. Saka guru ini merupakan tiang penyangga berukuran besar yang terbuat dari kayu jati.
Terdapat empat saka guru yang masing-masing dibangun oleh wali songo. Sunan Bonang memimpin pembuatan saka guru yang berada di bagian barat laut.
Untuk tiang di bagian timur laut, pembuatannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Adapun bagian tenggara dibuat oleh Sunan Ampel, serta bagian barat daya oleh Sunan Gunung Jati.
Arsitektur Masjid
Bangunan utama masjid ini berukuran 31 x 31 meter. Adapun bagian serambinya berukuran 31 x 15 meter.
Sebagian besar masjid ini terbuat dari kayu. Terdapat empat saka raksasa(saka guru) yang menopang bagian utama masjid. Di bagian serambi, terdapat delapan saka yang menopang atap.
Bagian serambi ini merupakan bagian tambahan yang dibangun oleh Pati Unus sekitar tahun 1520 M.
Masjid ini memiliki lima pintu yang saling menghubungkan, di mana kelima pintu ini merepresentasikan rukun islam. Selain itu, terdapat juga enam buah jendela sebagai makna dari rukun iman.
Bagian atap Masjid Agung Demak bercorak khas Nusantara. Biasanya atap masjid khas Timur Tengah akan berbentuk kubah. Namun, masjid ini memiliki atap limas dengan susun tiga.
Tiga tingkatan atap limas tersebut bisa dimaknai sebagai tiga hal penting dalam Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan.