Rezeki walau sudah ditakdirkan tapi memerlukan proses untuk memperolehnya dan meyakini adanya hukum sebab akibat.
Perkara rezeki hampir sama dengan ajal yang telah ditetapkan, manusia paham bahwa ajal sudah ditentukan serta tidak dapat ditunda dan tidak diketahui kapan waktunya
Namun demikian manusia yang sudah yakin dengan ajal yang akan datang tetap berusaha hidup dengan sehat dan berikhtiar berobat ketika sakit.
3. Rezeki tidak terbatas pada harta
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 212:
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan orang kafir memandang rendah dan menghina orang-orang muslim, padahal orang orang yang beriman itu lebih mulai di hari akhirat kelak dan Allah memberikan rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya tanpa batas” (Q.S. Al Baqarah: 212)
Allah banyak memberikan rezeki, salah satu contohnya istri dan anak yang shaleh juga kesehatan tubuh dan kondisi negara yang aman pun merupakan bentuk rezeki yang sering tidak disadari dan lupa untuk disyukuri.
Begitu pula dengan keimanan yang merupakan salah satu bentuk rezeki dalam ikhtiar manabung bekal di akhirat.
Orang orang berhijrah karena tidak mendapatkan kebahagiaan, mereka meninggalkan harta, kemewahan dan popularitas, hura-hura dan mereka bahagia ketika dekat dengan Rabb Nya.
Konsep rezeki tidak terbatas pada aset yang dimiliki tapi juga saat memiliki pasangan dan keturunan yang shaleh.
Rezeki paling besar adalah keikhlasan, untuk dapat beribadah kepada Allah SWT serta kesabaran dalam beribadah.
4. Rezeki tidak berubah jatahnya
Rezeki bisa diperoleh dengan cara yang halal ataupun yang haram, artinya ketika seseorang meninggalkan cara yang haram maka dia akan tetap mendapatkan jumlah rezeki tersebut tapi dengan cara yang halal.
Baca Juga: Amalkan Ayat Seribu Dinar untuk Rezeki Melimpah, Perlindungan, dan Jalan Keluar dari Kesulitan!