Salafi Jadi Bahan Debat Pilkada 2024 di Riau: Kontroversi, Intoleransi, dan Pembahasan Agama yang Mencuat

Photo Author
- Selasa, 12 November 2024 | 19:23 WIB
Tanggapan Herri Pras Terhadap Isu yang Diungkit Saat Debat Pilkada 2024 di Pekanbaru (Foto: GENMUSLIM.id/dok: YouTube HERRI PRAS)
Tanggapan Herri Pras Terhadap Isu yang Diungkit Saat Debat Pilkada 2024 di Pekanbaru (Foto: GENMUSLIM.id/dok: YouTube HERRI PRAS)

GENMUSLIM.id - Pilkada 2024 di Pekanbaru Riau baru-baru ini memunculkan perdebatan yang cukup panas terkait dengan isu-isu agama, khususnya yang berhubungan dengan paham Salafi dan Wahabi.

Dikutip GENMUSLIM dari YouTube HERRI PRAS pada Selasa, 12 November 2024, Dalam sebuah debat calon walikota Pekanbaru, salah satu calon dihadapkan dengan pertanyaan mengenai "maraknya ajaran Salafi dan Wahabi" yang dianggap semakin berkembang di kota tersebut.

Pertanyaan tersebut langsung memancing sorotan, tidak hanya dari penonton, tetapi juga dari berbagai kalangan masyarakat yang melihatnya sebagai isu sensitif dan kontroversial.

Apa sebenarnya yang mendasari kontroversi ini dan mengapa paham Salafi jadi bahan debat dalam pilkada?

Isu Salafi dan Wahabi sering kali menjadi sorotan di Indonesia, bahkan lebih luas lagi di dunia Muslim, karena paham ini sering dikaitkan dengan interpretasi yang ketat terhadap ajaran Islam.

Baca Juga: Sebut Musik itu Haram, Ustadz Adi Hidayat Tantang Ustadz Salafi untuk Berani Haramkan Lagu Indonesia Raya!

Terutama setelah banyak anak bangsa yang kuliah di Makkah dan Madinah, mereka kembali ke Indonesia dan membawa ideologi ini untuk disebarkan melalui dakwah.

Namun, apa yang terjadi di lapangan justru menimbulkan berbagai tuduhan, seperti intoleransi dan ekstrimisme.

Dalam debat tersebut, salah satu paslon ditanya mengenai bagaimana cara mereka menangani perkembangan ajaran Salafi di Pekanbaru.

Jawaban yang diberikan menunjukkan sikap yang cukup moderat, dengan menegaskan bahwa selama ajaran-ajaran tersebut tidak melanggar hukum, maka tidak ada alasan untuk melarangnya.

Namun, pertanyaan ini memunculkan perdebatan yang lebih dalam tentang pengertian intoleransi dan hak setiap individu untuk beragama sesuai keyakinannya.

Banyak yang melihat dakwah Salafi sebagai sebuah upaya untuk "memurnikan" ajaran Islam dengan menekankan pada praktik yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan menghindari apa yang dianggap bidah (innovasi dalam agama).

Baca Juga: Mengejutkan! Ternyata Ini Alasan Ustadz Felix Siauw Memilih Metode Rasional Dibanding Ilmiah dalam Dakwah

Di sisi lain, ada yang merasa bahwa ajaran tersebut justru mengarah pada sikap eksklusif dan mengisolasi diri dari keberagaman praktik Islam yang ada di masyarakat Indonesia, yang dikenal dengan sikap toleransi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: YouTube HERRI PRAS

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X