GENMUSLIM.id - Hubungan rumah tangga dilakukan oleh dua orang, laki-laki dan perempuan, menjadi suami dan istri.
Pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang saja, tetapi juga menyatukan 2 pihak keluarga menjadi satu.
Di dalam sebuah hubungan rumah tangga kita harus bisa mengalah atau menurunkan ego, jika seorang suami sedang marah, maka istri sebaiknya menurunkan egonya, begitupun sebaliknya.
Karena jika di antara suami dan istri sama-sama saling menaikkan egonya, maka akan terjadi pertengkaran.
Penting dalam suatu hubungan rumah tangga untuk menurunkan ego, karena suami atau istri dalam rumah tangga akan berpendapat, jika pendapatnya tidak sesuai dengan kita bisa saja kita marah, kesal tetapi jika kita coba sedikit lebih memahami mungkin tidak akan terjadi pertengkaran.
Pendapat dalam rumah tangga bukan hanya dari suami atau istri, bisa saja dari orang tua, keluarga, teman, saudara.
Kita harus bisa mengatur pola pikir kita jika ada pendapat yang tidak sesuai dengan diri kita. Menurunkan ego juga suatu hal yang penting dalam bersosialisasi dengan orang.
Dikutip GENMUSLIM.id dari YouTube Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri pada Hari Selasa, 29 Oktober 2024, Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri menjelaskan tentang perbedaan pola pikir suami dan istri berbeda.
“Penuntut ilmu itu tidak boleh berpikir bahwa pandangan suami pasti benar dan pandangan istri pasti salah, kalau kita menjalani rumah tangga seperti ini maka kita adalah suami yang ujub (bangga diri) dengan pola pikir kita,” Ujarnya.
“Dan sebaliknya juga demikian, dalam rumah tangga kita sebagai istri mungkin jenjang pendidikannya lebih tinggi daripada suami lalu income (pendapat) kita lebih tinggi daripada suami atau mungkin suami kita memang kecerdasannya di bawah kita, tapi bukan berarti pandangan beliau salah terus dalam setiap masalah, begitu ada masalah kita bantah. Itu bukan istri yang menjadi penuntut ilmu sejati dan bisa jadi istri yang ujub dengan pola pikirnya,” Ujarnya.
Menurut pendapat Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri mengatakan, jarang ada orang yang terlalu vulgar mengatakan “saya tuh ujub sama pandangan saya!” emang kita ga mengatakan demikian tapi praktik keseharian atau sikap yang ditunjukkan seakan-akan pandangannya pasti benar terus.
Buktinya tidak mau menerima masukan, ga mau dengar nasihat orang, ga mau denger pandangan orang,
