Namun, ada perbedaan signifikan dalam cara mereka memimpin dan kontribusi mereka dalam Islam.
Khalid lebih dikenal sebagai jenderal yang taktis, sedangkan Ali unggul dalam hikmah, keilmuan, dan keadilan sebagai khalifah.
Khalid bin Walid tidak pernah mengalami kekalahan dalam peperangan, tetapi menariknya, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ia dicopot dari jabatan panglima.
Umar menegaskan bahwa kemenangan dalam Islam bukan karena figur seorang jenderal, melainkan atas kehendak Allah.
Sementara itu, Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah keempat dan memimpin di tengah masa fitnah besar.
Ali tetap teguh menghadapi berbagai konflik internal meski harus berhadapan dengan banyak tantangan.
Dua tokoh ini meninggalkan jejak keberanian yang tak lekang oleh waktu.
Keberanian mereka tidak hanya sebatas melawan musuh di medan perang tetapi juga dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, meskipun di tengah situasi yang sulit.
Pelajaran penting dari kisah keduanya adalah bagaimana keberanian harus dibarengi dengan keimanan dan keikhlasan. ***