“Sehingga jadilah Nabi di kota Makkah, kalau kita ibaratkan itu kayak anak yatim, tidak punya tempat berlindung”. Jelas ustadz asal Aceh tersebut.
Nabi Muhammad tidak hanya kehilangan sosok istri, namun partner yang turut mendukung dengan pikiran, tenaga, harta dan benda nya untuk dakwah.
Dakwah Rasulullah tidak berjalan dengan mulus begitu saja, terpaan cobaan dan hinaan dirasakan oleh Nabi.
Ketika menghadapi hal seperti itulah sebenarnya Nabi Muhammad memerlukan sosok Siti Khadijah untuk dikuatkan dan dibersamai.
“Sehingga Nabi pulang ke rumahnya dalam keadaan lelah, sedih, kecewa Nabi bilang kepada Khadijah. Khadijah zambiluni, zambiluni (selimuti aku, selimuti aku) dan akhirnya Nabi diselimuti oleh Khadijah” Tutur ustadz Hanan Attaki.
Rasulullah sering curhat kepada Siti Khadijah apapun yang sedang menerpa diri nya dalam berdakwah, dan selalu perasaan tentram dan kuat didapatkan setelahnya.
Meninggalnya Siti Khadijah membuat Nabi sedih luar biasa, bagaimana tidak Rasulullah kehilangan pundak, telinga dan cinta nya.
Dalam keadaan terpuruk Nabi lari ke Thaif, dengan maksud untuk datang pada keluarga besar Ibunya, Siti Aminah.
Namun ternyata di Thaif Nabi justru dilempari batu dan di hina habis-habisan oleh orang-orang kafir.
“Sampai jidat Nabi kena lemparan batu dan berdarah. Seharian Nabi berlari karena dikejar-kejar sama orang Thaif”. Jelas Ustadz Hanan Attaki.
Di Makkah Rasulullah diancam, di Thaif Nabi diusir ditambah kehilangan akan paman dan istri tercintanya.
Hingga akhirnya dalam kondisi down dan bingung Nabi Muhammad diam-diam masuk ke kota Makkah dan sholat didepan Ka'bah saat malam hari.
Di depan Ka'bah Nabi tertidur karena lelah dan masih dalam kesedihan, di tengah tertidur datanglah Jibril AS untuk memberi tahu bahwa Allah SWT memanggilnya, dan dikenal sebagai peristiwa isra’ mi'raj.***