Perceraian antara dua pasangan itu menyisakan kesedihan mendalam bagi Mughits, pasalnya Barirah sangat dicintai olehnya.
Dikisahkan, bahwa diam-diam kemanapun Barirah pergi Mughits selalu mengikutinya. Ditatap mantan istrinya itu dengan deraian air mata.
Nabi mengetahui hal tersebut dan merasa iba terhadap Mughits. Rasulullah memahami bahwa cinta umatnya itu terhadap mantan istrinya sangatlah besar.
Dipanggillah Barirah oleh Nabi untuk ditanyai apakah perempuan yang dimerdekakan Sayyidah ‘Aisyah ini mau kembali dengan suaminya dahulu.
Karena kesholihahannya Barirah memastikan apakah pertanya itu termasuk dalam perintah Nabi untuknya. Jika iya, tidak akan mampu ditolak oleh nya.
Nabi menjelaskan bahwa bukan sebagai perintah, hanya saran atas rasa simpatinya pada Mughits. Begitu lembut hati Rasulullah.
“Nabi juga tidak berani memaksa ya, Nabi cuman bilang ana syafi’, aku itu cuman kasihan sama Mughits”. Tutur Ustadz Hanan Attaki.
Ternyata perempuan sholihah ini menolak untuk kembali pada suaminya yang dulu. Nabi menerima karena memahami bahwa cinta memang tidak bisa dipaksakan.
Mengetahui hal itu Mughits patah hati, namun apa daya cinta adalah bentuk keikhlasan. Dari cerita itu dapat diketahui bahwa Nabi sangat perhatian dengan orang yang sedang jatuh cinta.
Baca Juga: Janji Allah: Jangan Khawatir, Jangan Sedih, Ustadz Hanan Attaki Ingatkan Pentingnya Keteguhan Iman
Dengan Rasulullah sendiri menemui Barirah, bisa di simpulan itu adalah bentuk perhatian dan empati Nabi pada umatnya yang sangat besar.
Ustadz Hanan Attaki juga mengatakan bahwa dari kisah tersebut para ulama menjelaskan ada beberapa hal yang dapat dipelajari.
Pertama bahwa Nabi sangat memahami cinta umatnya. Bahwa cinta adalah takdir yang tidak bisa dikendalikan dengan kapasitas makhluk.
“Mughits itu kalau punya pilihan, pasti dia gak pengen juga terus-terusan mengingat Barirah, pengen move on, tapi namanya hati itu diluar kontrol kita, sehingga Nabi paham itu”. Jelas pendakwah muda itu dalam channel YouTubenya.