Dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,
Dan janganlah kamu berkata keras kepadanya sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu kepada sebagian yang lain,
Supaya tidak gugur (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari." (QS. Al-Hujurat: 2).
Baca Juga: Bagaimana Hukum Membaca Al Fatihah bagi Makmum dalam Sholat? Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam berbicara dan bersikap terhadap Rasulullah ﷺ.
Bahkan, meninggikan suara di hadapan beliau dapat menyebabkan amalan kita terhapus, tanpa kita sadari.
Ini adalah ancaman yang sangat berat, sebagaimana ancaman Allah terhadap dosa syirik yang merupakan dosa besar yang tidak akan diampuni kecuali dengan taubat.
Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, ketika Perang Badar,
Rasulullah ﷺ memberikan pesan kepada para sahabatnya agar tidak membunuh beberapa tokoh dari Bani Hasyim yang terpaksa ikut dalam pasukan musyrikin, meskipun hati mereka tidak rela memerangi kaum Muslimin.
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat: Jangan Anggap Biasa! Ternyata Perbuatan Satu Ini Termasuk Perkara Syirik
Rasul ﷺ bersabda,
“Jika kalian bertemu dengan Abbas Ibnu Abdul Muthalib, jangan kalian membunuhnya karena ia dipaksa keluar untuk berperang.”
Rasul ﷺ tahu bahwa Abbas tidak memiliki niat memusuhi umat Islam, dan beliau memerintahkan untuk menahan pedang terhadapnya.
Namun, salah seorang sahabat, Abu Hudzaifah Ibnu Utbah radhiallahu 'anhu, dengan penuh semangat menyatakan bahwa jika ia bertemu dengan Abbas, ia akan membunuhnya.