“Bayangkan,” lanjutnya, “kalau rezeki hanya diukur dari kemewahan, Abu Jahal dan Abu Lahab akan lebih diberkahi daripada Nabi Muhammad SAW, karena mereka hidup lebih nyaman.
Tapi Islam mengajarkan kita pandangan yang berbeda. Rezeki yang sejati adalah ketenangan batin, istiqomah dalam iman, dan persahabatan dengan orang-orang baik.”
Tidak Semua yang Mewah Adalah Rezeki
“Adik-adik yang sedang belajar, kalian sebenarnya sudah mendapat rezeki,” kata Ustadz Abdul Somad. “Ilmu adalah rezeki. Jangan berpikir harta adalah satu-satunya bentuk rezeki.”
Penceramah yang akrab disapa UAS ini mengatakan walaupun mobil yang sama, dengan harga yang sama, bisa jadi rezeki atau malah laknat, tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Baca Juga: Merasa Rezeki Kita Sedang Seret? Ustadz Khalid Basalamah Membeberkan Empat Cara Melancarkan Rezeki
Mobil yang membawa kita ke tempat ibadah adalah rezeki. Tapi jika mobil itu justru mengantarkan kita ke tempat maksiat, itu bukan rezeki, malah bisa menjadi sumber bencana.
“Bahkan jabatan tinggi pun bisa jadi bukan rezeki, melainkan azab yang tertunda,” jelasnya.
“Itu yang disebut istidraj, di mana Allah memberikan seseorang kekayaan dan kesehatan, tapi itu sebenarnya adalah bagian dari ujian.”
Jadi, kita harus selalu waspada dan tidak langsung menganggap sesuatu sebagai rezeki hanya karena tampak mewah atau menguntungkan secara materi.
Rezeki Itu Bukan Selalu Tentang Kaya
Setelah memahami makna rezeki, Ustadz Abdul Somad menegaskan bahwa tidak semua yang kita anggap rezeki adalah berkah, dan tidak semua cobaan adalah laknat.
“Bisa jadi sakit, kegelisahan, atau cobaan lainnya adalah cara Allah untuk menghapus dosa-dosa kita.”
“Lalu, kenapa ada orang yang kaya dan ada yang tidak?” tanyanya retoris.