Di tengah situasi tersebut, pentingnya ketenangan, kebijaksanaan, dan keikhlasan dalam menghadapi konflik.
Dalam konteks yang berbeda, namun relevan, kisah hidup Sufyan al Thawri, seorang ulama besar yang diceritakan dalam ceramah Ustadz Khalid Basalamah,
Menjadi teladan bagaimana seseorang dapat menjaga keteguhan iman dan prinsip-prinsip moral dalam situasi yang sulit.
Dikutip dari Channel Youtube Moslem Nearer, Ustadz Khalid Basalamah menceritakan kisah Sufyan al Thawri yang dikenal sebagai ulama sangat alim dan ahli sujud.
Dikisahkan, dahinya sampai menghitam karena seringnya sujud dan lamanya ia berdoa kepada Allah.
Ia hidup sezaman dengan ulama besar lainnya, seperti Apa bin Abi Rabah, dan sangat dihormati karena kesalehan dan ilmunya yang mendalam.
Suatu hari, Sufyan menerima surat dari khalifah yang memintanya untuk menjadi kepala hakim. Jabatan tersebut sangat bergengsi, dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah.
Namun, Sufyan menolak tawaran tersebut dengan tegas. Ia merasa takut akan tanggung jawab besar yang harus ia pikul sebagai hakim, terutama kekhawatiran jika ia salah dalam memberikan keputusan dan harus mempertanggungjawabkannya di hari kiamat.
Penolakan Sufyan tidak berhenti di situ. Khalifah berusaha memaksanya, bahkan mengirim surat resmi yang memerintahkan dia untuk menerima jabatan tersebut.
Sadar bahwa ia sedang diincar, Sufyan memutuskan untuk melarikan diri dari Mekah. Ia berjalan kaki menuju Yaman, sebuah perjalanan yang memakan waktu tiga bulan penuh.
Selama di Yaman, Sufyan bekerja di kebun kurma milik seorang tuan tanah, tanpa mengungkapkan identitas aslinya.
Selama tiga bulan bekerja, ia tidak pernah sekalipun mencicipi kurma yang ia petik, karena belum mendapat izin dari pemilik kebun.
Ini adalah bukti keteguhannya dalam menjaga integritas dan warak yaitu kehati-hatian dalam menjaga hubungan dengan Allah.