Artinya: "Sesungguhnya setiap umat itu memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta." (HR. Tirmidzi)
Rasulullah SAW. pernah bersabda mengenai kekhawatiran beliau SAW tentang fitnah harta ini.
أَبْشِرُوْا وَأَمِّلُوْا مَا يَسُرُّكُمْ فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلٰكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Artinya: “Berilah kabar gembira dan carilah apa yang dapat membuat kalian gembira. Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan terhadap diri kalian,
Akan tetapi yang aku khawatirkan terhadap diri kalian adalah dibentangkannya kemewahan dunia pada diri kalian sebagaimana dibentangkannya kepada orang-orang sebelum kalian,
Lalu kalian saling berlomba untuk mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba,
Sehingga harta dunia tersebut akan membinasakan kalian sebagaimana keluasan dunia membinasakan mereka.” (HR. Ibnu Majah)
Flexing tidak bisa dijadikan alasan sebagai motivasi mengejar kekayaan.
Meski terdapat banyak sahabat Rasulullah SAW yang kaya, itu bukan berarti harta dijadikan sebagai satu-satunya tujuan.
Baca Juga: Sedekah Mengubah Takdir? Berikut Penjelasan Ustadz Felix Siauw Selengkapnya
Menjadi kaya bukan sebuah kesalahan, namun perilaku memamerkan harta seringkali mendatangkan mudharat.
Islam tidak melarang umat Islam untuk kaya, namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana dan untuk apa harta itu digunakan.
Ustadz Felix Siauw kemudian menambahkan bahwasanya kekayaan itu harus diniatkan untuk kehidupan akhirat. ***