Putri berikutnya, Ruqayyah, lahir sekitar tahun 601 Masehi. Ruqayyah dikenal sebagai salah satu istri Utsman bin Affan, sahabat Nabi yang kemudian menjadi khalifah ketiga.
Ia meninggal dunia pada tahun 2 Hijriyah, tepatnya saat Perang Badar berlangsung. Meski perang tersebut membawa kemenangan besar bagi umat Islam, kepergian Ruqayyah menjadi duka mendalam bagi Nabi dan keluarganya.
Ummu Kultsum, putri ketiga Nabi Muhammad, lahir pada tahun 603 Masehi. Setelah kakaknya, Ruqayyah, meninggal, Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan, menggantikan posisi saudara perempuannya.
Namun, Ummu Kultsum juga meninggal dunia pada tahun 9 Hijriyah, hanya beberapa tahun setelah pernikahannya.
Putri bungsu Nabi, Fatimah, dikenal sebagai sosok yang sangat dekat dengan ayahnya. Ia lahir pada tahun 605 Masehi dan kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat terdekat Nabi.
Fatimah wafat enam bulan setelah Nabi Muhammad meninggal dunia, tepatnya pada tahun 11 Hijriyah. Kisah hidup Fatimah sering kali dijadikan teladan oleh kaum muslimah di seluruh dunia.
Selain putri-putrinya, Nabi Muhammad juga memiliki putra-putra lainnya yang sayangnya tidak hidup lama.
Abdullah, misalnya, meninggal dunia saat masih bayi di Mekkah sebelum peristiwa hijrah terjadi. Kehilangan Abdullah juga menjadi ujian yang berat bagi Nabi dan istrinya, Khadijah.
Ibrahim, putra terakhir Nabi, lahir dari Maria al-Qibtiyya pada tahun 8 Hijriyah. Ibrahim hanya hidup selama 16 bulan sebelum akhirnya wafat pada tahun 10 Hijriyah.
Meski singkat, kelahiran Ibrahim membawa kebahagiaan tersendiri bagi Nabi di akhir-akhir kehidupannya.
Mengenal dan mempelajari kisah hidup keluarga Nabi Muhammad bukan hanya sebatas mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai bentuk cinta dan penghormatan kita kepada beliau.
Sebagai umat Islam, kita tentu perlu meneladani nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi dan keluarganya.
Akhirnya, penting bagi kita untuk terus belajar dan menggali lebih dalam tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad dan keluarganya.***