Begitu pun dengan Nabi, beliau membayangkan telah melakukan sesuatu tapi nyatanya tidak.
Al-Buthy menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW terkena sihir tersebut bukan aib atau kekurangan pada dirinya.
Sekali lagi, Nabi Muhammad SAW maksum (terjaga dari kesalahan dan kekurangan dalam menyampaikan syariat Allah).
Namun, kemaksumannya itu ‘tidak berlaku’ dalam hal-hal keduniawian seperti sakit, lapar, haus, dan lainnya.
“Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah,” (Surat Al-Baqarah ayat 102). ***