Pertama, dahulukan mengunjungi kerabat dekat, seperti orang tua. Tidak lupa kita perlu menggembirakan hati mereka.
Allah swt. berfirman, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya.” (Q.S. al-Isra’ [17]:26.
Kedua, memberikan sesuatu untuk dibawa pulang. Misalnya oleh-oleh.
Dengan cara ini, seseorang tidak saja mendapat pahala bersilaturrahim, tetapi juga pahala sedekah dan membahagiakan orang lain.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kebaikan yang paling Allah senangi setelah ibadah fardhu adalah memberikan kebahagiaan kepada saudara semuslim.” (H.R. ath-Thabrani).
Ketiga, memberi nasehat/peringatan bagi yang membutuhkan dan jalan keluar bagi yang sedang menemui kesulitan.
Allah swt. berfirman, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S. asy-Syu`ara’ [26]:214.
Abu Hurairah menjelaskan bahwa ketika ayat ini turun, Nabi mengumpulkan kerabatnya dan menasehatinya.
Keempat, bersedekah kepada mereka yang miskin dan kurang mampu.
Allah swt. berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (Q.S. Ali `Imran [3]:92).
Kelima, tidak membalas keburukan dan tidak boleh mengharap silaturrahim balasan.
Allah swt. berfirman, “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan.” (Q.S. al-Radd [13]:21).
Nabi bersabda, “Yang disebut penghubung kekerabatan (orang yang bersilaturrahmi dengan sempurna), bukanlah yang membalas hubungan kekerabatan.
Yang benar adalah menghubungkan kembali tali kekerabatan yang terputus.” (H.R. Bukhari)