Ia menjelaskan bahwa pertanda paling mudah yang mungkin bisa kita imani adalah masih diciptakanya tiga jenis binatang.
Kalimat ‘an’am” bisa dimaknai dengan binatang tertentu, dan mungkin inilah hewan yang bikin kiamat menjauh
Jika dipandang melalui kacamata fikih, maka pembagian hewan dalam “an’am” itu adalah unta, sapi dan kambing.
Hal ini bisa terjadi karena ketiga hewan tersebut merupakan binatang peliharaan yang terkena hukum zakat.
Baca Juga: Kaum Hawa Perlu Tahu! Inilah 6 Langkah untuk Dapatkan Kulit Wajah Cerah, Aplikasikan Dikehidupan Sehari-hari ya Namun kalimat ‘an’am jika dimaknai secara universal maka akan mencakup segala kebutuhan manusia.
Lebih lanjut, dalam surah Fathir ayat 45 dijelaskan bahwa sejauh Allah masih menciptakan hewan yang bisa dikonsumsi manusia maka artinya kehidupan di dunia ini masih diinginkan.
Sebetulnya dalam surah Fathir diatas ada kalimat “ad-dabbah” atau penyebutan semua jenis hewan.
Baca Juga: Mualaf ini bilang kalau orang Islam itu lebih Kristen dari orang Kristen, Kok Bisa? Nah, kalau kita tarik lagi ke atas, pada awal tulisan ini telah disebutkan mengenai salah satu alamat kiamat adalah paceklik selama tiga tahun.
Dalam masa kemarau atau paceklik itu akan dibagi menjadi tiga fase, dimana segala tumbuhan di bumi akan dimatikan.
Selanjutnya pada fase kedua akan dimatikannya segala jenis hewan, termasuk unta, sapi, dan kambing yang menjadi makanan sekaligus syarat sara’ sebagai hewan kurban atau binatang yang wajib dizakati..
Kalau diambil kesimpulan maka kiamat tidak akan muncul jika masih ada hewan atau makhluk di bumi ( khususnya tiga hewan diatas) guna memenuhi kebutuhan manusia.
Baca Juga: Kapan Tahun Baru Islam 1446 H? Berikut Jadwal Libur Nasional 1 Muharram, Sejarah dan Bulan-Bulan Pada Kalender Hijriah Sudah pasti karena Allah masih menginginkan adanya kehidupan di bumi, dan memberi kesempatan manusia untuk beribadah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: Alan Maulana
Sumber: Rujuk pandangan Syeikh Syuib al-Arnaut dalam ta’liq Sunan Ib