Hal ini juga disebutkan oleh Rasulullah dalam lanjutan hadits di atas, “Jika apa yang kamu katakan itu terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika apa (yang digunjingkan) itu tidak terdapat padanya, maka engkau telah berdusta atasnya.”
Bahayanya, jika pelaku ghibah tidak meminta maaf kepada orang yang dighibahi di dunia ini, maka dosa itu akan dibalas oleh Allah di akhirat dengan pengurangan pahala dari amal shalihnya.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi dari riwayat Abu Hurairah, “Siapa yang pernah menzalimi saudaranya berupa menodai kehormatan (seperti ghibah) atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya, hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman tersebut hari ini. Sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi dinar dan dirham. Pada saat itu bila ia mempunyai amal shalih, maka akan diambil seukuran kezaliman yang ia perbuat. Bila tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan diambil, kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari no. 2449)
Baca Juga: 2 Nasihat Ustad Adi Hidayat Tentang Fitrah Manusia, yang Membedakan Manusia dan Setan
Inilah yang disebut oleh Ibnu Taimiyyah tadi sebagai seburuk-buruk kedermawanan.
Amal shalih yang sudah dikumpulkan oleh pelaku ghibah selama di dunia, akan ditransfer kepada korban ghibahnya.
Dan jika amal shalihnya tidak mencukupi dosa ghibah yang diperbuatnya, maka keburukan atau dosa korban ghibahnya akan dibebankan kepadanya. Rugi banget, kan?
Hal ini juga berlaku kepada pelaku adu domba, penebar fitnah, orang yang suka mencela dan mencaci-maki.
Allah telah menyebutkannya di dalam surah Al-Qalam ayat 10-11, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.”
Semua itu termasuk dosa besar seperti yang disebutkan oleh Imam Adz-Dzahabi di dalam buku 76 Dosa Besar yang Dianggap Biasa.
Apabila kita pernah melakukan semua perbuatan tercela tadi, sebaiknya kita langsung introspeksi diri dan sesegera mungkin meminta maaf serta klarifikasi kepada pihak yang dirugikan.
Akan lebih baik apabila kita bisa bijak dalam berucap. Kita takar dulu, apakah ucapan ini pantas untuk disampaikan atau tidak, supaya tidak ada hati yang tersakiti dan orang yang terzalimi.
Semoga kita semua terhindar dari perbuatan buruk ini dan bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamin, yaa rabbal ‘aalamiin. ***