1. Tak tenang saat menghadapi anak tantrum
Ketika orang tua kehilangan ketenangan dan ikut marah atau frustrasi, situasi sering kali menjadi lebih buruk.
Anak-anak yang mengalami hal ini membutuhkan ketenangan dari orang tua sebagai contoh bagaimana mengelola emosi.
Reaksi yang tenang dan sabar dari orang tua membantu anak merasa aman dan lebih cepat menenangkan diri.
Sebaliknya, kehilangan ketenangan bisa memicu eskalasi emosi anak dan memperpanjang tantrum.
2. Memarahi anaknya
Memarahi saat anak tantrum bisa membuat mereka merasa tidak dimengerti dan semakin frustrasi.
Hukuman atau kemarahan biasanya tidak membantu anak-anak belajar bagaimana mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
Malahan, ini bisa membuatnya merasa lebih cemas dan meningkatkan perilaku tantrumnya di masa depan.
Lebih baik memberikan contoh perilaku yang tenang dan membimbing mereka menuju cara yang lebih konstruktif untuk mengekspresikan emosi mereka.
3. Mengabaikan perasaan si kecil
Mengabaikan perasaan si kecil saat tantrumnya kembali terjadi dengan mengatakan hal-hal seperti "jangan menangis!" bisa membuatnya merasa bahwa perasaan mereka tidak valid atau penting.
Sebaiknya, orang tua harus mengakui dan memahami perasaan si kecil serta membantu mereka mengenali dan mengekspresikan perasaan tersebut dengan cara yang tepat.
Mengabaikan perasaan mereka bisa membuat mereka merasa tidak dihargai dan meningkatkan risiko terjadinya tantrumnya lebih sering.