Berlanjut pada kisahnya saat ia merasa dikucilkan oleh saudara sepupu yang secara finansial jauh melebihi keluarga Dian sendiri.
Dian menyebutkan, "aku itu dibilang kurang banget, enggak, tapi untuk sama dengan saudara saudaraku ya juga jauh."
Terkadang merasa diabaikan saat ingin mengajak ngobrol, atau saat Dian ingin melihat mainan, tidak diperbolehkan.
Dian Sastrowardoyo akhirnya belajar penolakan dari sana.
Sampai ia bertanya kepada mamanya, "kenapa aku diginiin sama saudaraku? Apa aku gak boleh main ya sama mereka?"
Nasehat mama yang mencambuk Dian untuk terus belajar dan buktikan 10 tahun lagi, apa mereka masih bisa memenuhi Dian.
Hal itulah yang membuat Dian menyukai belajar, kerja keras ikut dunia model dan lain sebagainya.
Hingga di titik ia mengubah tujuan bukan hanya ingin menunjukkan kepada saudara dan keluarganya semata, namun lebih kepada dampak apa yang bisa dirasakan masyarakat luas.
Menurutnya tujuan hanya untuk pembuktian kepada orang itu membatasi mimpi, kalau sudah tercapai, terus apalagi.
Sehingga ketika Dian sudah punya rezeki yang melimpah, ia tidak ingin berkiprah atau sekolah di luar negeri sama seperti saudaranya, tapi lebih memilih untuk menyekolahkan anak yang memang membutuhkan biaya.
Ia pun membuka Beasiswa Dian yang sekarang dikenal dengan Yayasan Dian Sastrowardoyo.
Ia mengatakan saya merasa menyukai di bidang itu.
Memberdayakan perempuan karena perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.