Genmuslim.id- Mendekati Lebaran 2024, masyarakat kerap kali dihebohkan oleh perdebatan antara hisab dan rukyat.
Hisab dan rukyat ini menjadi salah satu cara di Indonesia dalam penetapan 1 Syawal atau awal bulan baru pada kalender Hijriyah.
Di Indonesia biasanya metode hisab digunakan oleh masyarakat Muhammadiyah sedangkan rukyat diaplikasikan oleh masyarakat NU.
Dilansir dari Jurnal Hisab dan Rukyatul Hilal Saat Kini dan Saat yang akan Datang dalam Menetapkan 1 Syawal Sebuah Problema yang Tak Kunjung Selesai Di Indonesia oleh GenMuslim.id pada Sabtu, 6 Maret 2024.
Baca Juga: Wanita Haid Ikut Melaksanakan Itikaf di Masjid, Bolehkah? Ternyata Begini Penjelasannya!
Pada dasarnya kedua metode hisab dan rukyat ini digunakan untuk menetapkan awal bulan Hijriyah sejak zaman Nabi hingga sekarang.
Namun konflik ini tak pernah selesai dibahas karena jika hilal tidak nampak di rukyat maka istikmal adalah jalan yang ditempuh.
Sedangkan hasil hisab hanya sebagai alat untuk mempermudah rukyat karena pada zaman nabi metode ini jarang digunakan untuk penentuan awal bulan kalender Hijriyah.
Sehingga yang jadi perdebatan dalam Jurnal yang telah dikutip oleh GenMuslim.id adalah misalkan berdasar pada hasil hisab yang apabila menunjukkan datangnya bulan baru sedangkan di rukyat kemungkinan gagal.
Maka apakah harus mengikuti istikmal seperti yang dipraktekkan nabi dan para sahabatnya.
Baca Juga: Jangan Ketinggalan! Ikatan Alumni Unair Cabang Jember Siapkan 2 Bus Balik Mudik Gratis Lebaran 2024
Berdasarkan penuturan penulis pada Jurnal yang dikutip oleh GenMuslim.id mengatakan bahwa tetap akan terjadi perbedaan dalam penetapan awal ramadhan dan awal Syawal.
Karena konsekuensi dari mengedepankan metode rukyat di setiap tahunnya.