“Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lain seperti keutamaan al-Qur’an atas semua perkataan yang ada. Keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan lain seperti keutamaanku atas semua para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lain seperti keutamaan Allah atas seluruh hambaNya.”
Hadis ini menyusuri jejak dalam Musnad al-Firdaus, melibatkan Anas bin Malik sebagai sumbernya.
Uniknya, catatan hadis ini hanya terdapat di dalam riwayat Musnad al-Firdaus, menjadi eksklusif dalam literatur hadis.
Baca Juga: Ingin Istiqomah Melakukan Kebaikan? Ternyata ada Doanya Loh, Yuk Simak dan Amalkan Sobat Gen Muslim!
Hadist tersebut kemudian diteruskan oleh berbagai ulama di kitab-kitab mereka, seperti al-Sakhawi dalam al-Maqashid al-Hasanah, al-‘Ijluni dalam Kasyf al-Khafa’ wa Muzil al-Ilbas, dan beberapa tokoh lainnya.
Sunnah Puasa Rajab
Meskipun hadis-hadis di atas palsu, puasa Rajab tetap disunnahkan.
Dasar kesunnahan ini bukan berasal dari hadis-hadis palsu tersebut, melainkan dari hadis tentang kesunnahan berpuasa di bulan-bulan haram (asyhur al-hurum).
Dalam sebuah kisah, seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW, dan setahun kemudian, penampilan dan keadaan sahabat tersebut berubah drastis.
Rasulullah SAW yang kaget bertanya, “Siapa yang menyuruh kamu menyiksa diri kamu sehingga menjadi kurus seperti itu?” Orang itu menjawab, “Saya puasa terus ya Rasulullah.”
Mendengar hal ini, Rasulullah SAW memerintahkan agar orang tersebut berpuasa di bulan-bulan yang diharamkan, termasuk bulan Rajab.
Dengan demikian, kesunnahan puasa Rajab lebih ditegaskan oleh hadis-hadis sahih yang menunjukkan kesunnahan berpuasa di bulan-bulan yang diharamkan.
Puasa di bulan Rajab adalah bagian dari puasa yang disunnahkan di dalam Islam.
Sebagai umat Islam, penting untuk selalu berhati-hati terhadap informasi palsu dan merujuk pada sumber-sumber yang dapat dipercaya dalam memahami ajaran agama.
Wallahu a’lam.***