Karya-karya Maulana Jalaluddin Rumi banyak ditulis dalam bahasa Persia, namun tenang saja kali ini Genmuslim akan menyajikan syair cinta yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul Penjahit Cinta dari Buku Kasidah Cinta Jalaluddin Rumi. Baca selengkapnya di bawah ini!
Penjahit Cinta
Alangkah nikmatnya berbicara dan ‘numpahkan seluruh perhatian, bercakap-cakap berhadapan. Terutama bila ia membukakan pintu dan berkata, “Masuklah, ya budiman!”
Kepada bibir yang kering ia menuturkan kisah mata air Khidlir. Penjahit cinta membuat jubah sesuai dengan perawakan orang yang dihadapnya.
Karena kemabukan matanya, mata air pun menjadi mabuk pula. Pohon-pohon pun menari menyambut sepoi lembut dini hari.
Kepada semak mawar bul-bul berkata:
“Apakah yang engkau rasa? Nyatakan sekarang juga. Tiada yang lain di dekat kita, hanya kau dan aku semata.”
Jawab semak mawar itu, "Selama kau masih lekat dengan dirimu sendiri, tak usah kau berkeinginan seperti itu. Berusahalah sepenuhnya untuk mengangkut beban dirimu sendiri keluar dari tempat lata ini"
Lubang jarum gairah hasrat amat sempitnya. yakinlah bahwa ia tak akan memberi jalan pada benang apa pun juga, bila diketahuinya benang itu beruntai ganda.
Lihat, bagaimana matahari berkobar nyala hingga ke rabunya, agar wajah bumi pun dapat berlimpah cahaya.
Ketika Musa berjalan ke arah hutan yang terbakar, hutan itu berkata, "Aku Air Kautsar. Lepaskan sepatumu dan datanglah padaku!" Jangan takut akan apiku, karena aku air dan manis pula rasaku. Kesejahteraan telah datang padamu. Tahta kehormatan milikmu, selamat datang bagimu! Kau mutiara berseri murni, manikam tahta dari tambang, jiwa ruang dan jiwa dari keadaan tanpa ruang. Kau yang tak terbandingkan dalam zaman. Di manakah makhluk-makhluk lain di sampingmu menjadi tandingan?"
Karena tangan kasih, sekalian tangan menjadi istana kemurahan. Karena kau, dunia yang tak beriman menjadi sumber keimanan.
Pada dini hari kau datang, mangkuk raja ada di tangan. Kau hela jiwaku ke pesta sambil mengucapkan, "Selamat datang!"
Baca Juga: Hanya Hati Penuh Cinta yang Mampu Menjangkau Langit Tertinggi, Seperti Ini Kisah Jalaluddin Rumi