GENMUSLIM.id- Di dalam khazanah intelektual Islam, Imam Al Ghazali merupakan salah satu ulama besar yang mempunyai segudang prestasi, baik di bidang konsultan politik maupun akademik, yang pemikiran beserta gagasan-gagasan besarnya sampai detik ini masih dikaji hampir seluruh kaum Muslimin di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Imam Al Ghazali sendiri lahir di Kota Thus pada tahun 450 H/1058 M dan wafat pada tahun 505/1111 M, selama kehidupannya dunia Islam dipenuhi kekacauan dan kemrosotan akhlak yang ditunjukan oleh penguasa maupun rakyatnya, sehingga beliau terpanggil untuk melakukan gerakan perbaikan dan menjadi konsultan politik, demi dunia Islam yang lebih baik.
Menjadi konsultan politik di tengah kekacauan yang melanda dunia Islam adalah pilihan yang tepat bagi seorang Imam Al Ghazali, sebab dengan kapasitas keilmuan beliau diharapkan agar pemimpin Muslim, ulama, maupun rakyat agar kembali pada ajaran Islam yang luhur dan meninggalkan perkara-perkara yang merusak.
Dilansir Genmuslim dalam Kitab Ihya Ulumuddin Juz 2 Selasa, 3 Oktober 2023 bahwa dalam menanggapi kondisi yang carut marut, Imam Al Ghazali menyampaikan kritikannya yang bersifat membangun;
‘Sesungguhnya kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para pemimpinnya, kerusakan para pemimpin disebabkan oleh kerusakan para ulamanya, dan kerusakan ulamanya disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan.
Siapa saja yang dikuasai oleh ambisi duniawi, dia tidak mampu mengurus (mengelola rakyatnya).’
Nasehat Imam Al Ghazali yang tajam ini memang kurang didengar oleh dunia Islam bagian Timur (Abbasiyah), sebab kerusakan waktu itu memang sudah terlanjur parah dan kompleks, seorang pemimpin yang terang-terangan melanggar ajaran Islam berseliweran di mana-mana, semua demi ambisi kepentingannya.
Namun, sebagaimana yang diterangkan oleh Munawir Sjadzali di dalam bukunya yang berjudul Islam dan Tata Negara, bahwa dunia Islam bagian Barat sangat antusias menerima nasehat-nasehat Imam Al Ghazali.
Sebut saja dua kerajaan Islam di Afrika Utara sebelah Barat, yakni Kerajaan Murabithun maupun Muwahiddun.
Imam Al Ghazali bersahabat dengan kedua pendiri kerajaan Islam tersebut.
Yusuf bin Tasyfin misalnya seorang pendiri Kerajaan Murabithun berhubungan baik dengan Imam Al Ghazali lewat korespondensi.
Yusuf bin Tafsyin senantiasa meminta nasehat kepada Imam Al Ghazali tentang masalah-masalah strategi perang, damai, dan kebijakan politik pemerintahan yang didasarkan pada hukum dan akhlak Islam.
Menurut Munawir Sjadzali, Imam Al Ghazali berhak bangga ketika muridnya yang menjadi pemimpin, berhasil membangun dan mengelola negara yang dipenuhi keadilan dan kearifan Islam.
Karena kontribusi Imam Al Ghazali begitu besar dalam membangun pemerintahan Murabithun, maka Yusuf bi Tafsyin menganugrahi sang guru sebagai Amirul Muslimin.
Selain dengan Dinasti Murabithun, Imam Al Ghazali juga bersahabat dengan dengan pendiri Dinasti Muwahiddun, yakni Al Mahdi bin Tumart.
Hubungan antara Imam Al Ghazali dengan pendiri Dinasti Muwahiddun bisa dianggap sebagai hubungan guru dan murid.
Hal itu disebabkan bahwa pendiri Muwahiddun juga meminta nasehat politik dari Imam Al Ghazali tentang bagaimana cara mengelola negara sesuai ajaran Islam.
Realitas sejarah di atas menunjukkan kapabelitas seorang Imam Al Ghazali sebagai seorang konsultan dan mentor bagi dua negara Islam.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/ genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.