GENMUSLIM.id - Pada awalnya, cita-cita mendirikan sebuah negara Yahudi yang dicetuskan oleh Theodore Herzl pada Kongres Zionis Internasional pada tahun 1897 di Bassel bentuknya teokrasi, yang terkait erat dengan ajaran Talmud tentang ‘Tanah Israel’, yang sudah dihuni ribuan tahun lamanya oleh umat Islam maupun Nasrani di Palestina.
Secara garis besar, konsepsi mengenai perbatasan Negara Israel ini rancu secara gagasan, praktik, maupun konstitusi, pun jika ditinjau dari Kitab Taurat, wilayah Negara Israel meliputi Sungai Eufrat dan Tigris hingga Sungai Nil, di mana wilayah tersebut sebagaimana di Palestina, yang sudah dihuni oleh komunitas Islam sebagai mayoritas maupun non-Muslim.
Menurut Kitab Taurat juga tidak dengan jelas menetapkan tentang batas-batas wilayah ‘Tanah Israel’, lagipula Deklarasi Balfour hanya menyebut ‘Tanah Air Bangsa Yahudi’ di Palestina yang dihuni mayoritas umat Islam tanpa menetapkan batas-batasnya
Namun dalam Konferensi Perdamaian di Versailles menetapkan batas-batas Negara Israel yang akan dibentuk sebagaimana telah disebutkan dalam artikel sebelumnya.
Kemudian, ada perkembangan lain, di mana Emir Talal membantu pasukan kolonial Inggris untuk melawan Turki Utsmani, sehingga Emir tersebut mendapatkan ‘hadiah’ dari Inggris berupa sebagian tanah Palestina, termasuk di dalamnya Kota Yerussalem.
Kebijakan Kolonial Inggris yang terkesan pragmatis dan ambisi gerakan Zionis yang arogan tersebut, sudah barang tentu menyebabkan rasa ketidakpercayaan begitu mendalam dari Zionis, terlebih lagi pihak Islam sangat kecewa, sebab telah merubah tatanan yang telah mapan selama kurang lebih enam abad lamanya.
Keputusan Inggris yang dianggap mengecewakan oleh pihak Yahudi, karena telah disebutkan di atas, gerakan zionis menginginkan sebuah negara yang meliputi Sungai Tigris, Eufrat, Nil, dan sekurang-kurangnya seluruh Palestina.
Setelah Zionis Israel mendeklarasikan ‘kemerdekaan’ pada tanggal 14 Agustus 1948, David Ben Gurion bertekad untuk merebut ‘Tanah Israel’ yang sesuai dengan Konferensi Perdamaian di Versailess.
Di dalam buku A Profile of The Palestinian, Edward Said mengatakan ketika ditanya tentang batas-batas Negara Israel, Chaim Weizmann menegaskan,’Luas Negara Israel tidak ditentukan, luasnya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah penduduknya.’
Perdana Menteri Israel, Golda Meir dengan sombongnya mengatakan, ‘luas Negara Israel adalah sejauh yang dapat dicapai oleh militer Israel.’
Perang Arab-Israel yang pertama pecah pada tahun 1948, dan berlanjut terus dengan perang 1957, 1963, 1967, 1973, sampai dengan sekarang.