GENMUSLIM.id — Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali atau yang lebih dikenal dengan Imam Al Ghazali lahir pada 450 Hijriyah, meninggal pada 505 H diusia 53 tahun.
Imam Al Ghazali berdarah Persia yang hidup semasa kekuasaan kekhilafahan Abbasiyah era ketiga yang roda pemerintahannya dimandatkan oleh sultan Bani Saljuk (Saljukiyah).
Di tengah fokusnya mengkritisi pemerintahan, Imam Al Ghazali juga seorang pemerhati sistem pendidikan kala itu. Beliau kerap mengoreksi kurikulum dan manhaj pendidikan yang berlaku tidak sesuai dengan tujuan risalah Islam.
Penyebabnya, konsep pendidikan dibuat oleh pemerintah yang rusak tidak memiliki tujuan akhirat.
Kurikulum hanya mencetak alumni yang akan menempati kepegawaian pemerintah dalam bidang komisi fatwa atau keagamaan lain yang disebut Imam Al Ghazali dengan mencetak ulama dunia bukan ulama akhirat.
Ulama-ulama yang hanya menjadi pegawai dan pejabat pemerintah, karena itu Imam Al Ghazali mengharamkan bekerja atau belajar di madrasah-madrasah pemerintahan Saljukiyah.
Imam Al Ghazali lalu merancang konsep pendidikan untuk mencetak ulama akhirat yang berkhidmat pada agama dan beramar maruf nahi mungkar.
Konsep yang ditulis dari perenungan uzlah sekitar 10 tahun yang kemudian ditetapkan di Naisabur dan di Thus.
Tujuan konsep pendidikan atau tarbiyah tersebut yaitu merealisasikan kebahagiaan ukhrawi manusia karena kebahagiaan dunia akan mengikuti kebahagiaan akhirat.
Dalam rangka mencapai kebahagiaan ukhrawi harus ada ilmu dan amal yang menjadi buah dari ilmu. Indikasi amal yang paling mendasar ialah akhlak.
Siapa yang tidak berubah akhlaknya tidak akan mencapai kebahagiaan. Imam Al Ghazali berkata: “Betapa banyak santri pintar tapi buruk akhlak jauh dari pemahaman hakikat ilmu untuk mencapai kebahagiaan.”
Imam Al Ghazali juga berkata: “Andai cahaya ilmu tampak dalam hati sungguh akan baik akhlaknya.”
Baca Juga: Wajib Tahu Pentingnya Mengenyam Pendidikan Tinggi bagi Seorang Muslimah, Ternyata Inilah Alasannya!